Bagi sebagian orang, bertemu dan belajar dari Guru Spiritual menjadi faktor kunci untuk mencapai tujuan dalam laku spiritual: terpurifikasinya diri dari segala faktor penyebab kekeruhan yang menarik penderitaan; bertransformasinya diri menjadi jiwa ilahi yang bisa menjalani hidup surgawi. Sang Gurulah yang memberi peta jalan, menuntun agar sang murid terus bertumbuh mencapai level kesadaran lebih tinggi, mendukung sang murid dalam mengatasi kendala berspiritual, membebaskan sang murid dari labirin ketersesatan.
Tentu saja agar sang murid berhasil, pertama-tama harus menemukan guru spiritual yang tepat. Sang guru haruslah sudah tercerahkan dan bisa menjadi teladan/contoh nyata dalam kehidupan surgawi. Sang guru harus telah sampai ke puncak pendakian spiritual dan bisa berbagi tentang peta jalan yang telah ditempuh. Jika gurunya nyasar, bagaimana mungkin murid yang dibimbingnya tercerahkan? Jika gurunya terjerat dark force, mana mungkin murid-murid yang mendapat limpahan energi darinya mencapai kemurnian dan pembebasan jiwa?
Jadi sebagai murid, tugas yang paling sulit adalah menemukan guru yang tepat. Sembarang guru tentu banyak bertebaran. Anda sangat mudah menemukan orang yang fasih bicara spiritual, pandai mengungkap kata-kata filosofis nan indah. Tapi, sangatlah sulit menemukan guru yang sudah tercerahkan dan benar-benar menjadi contoh hidup dari manusia Ilahi. Tambah sulit ketika umumnya manusia pada dasarnya gampang terpesona kata dan penampilan, tidak bisa mengerti realitas energi yang sebenarnya dari mereka yang dianggap guru. Untuk itu, Anda harus hati-hati, pelajari siapa yang hendak dijadikan guru, perhatikan semua sinyal yang muncul dari relung hati. Berita baiknya, Anda yang culun, tetapi terus semangat menyingkap kebenaran dan punya ketulusan, meski sempat kesasar pasti ada jalan untuk terselamatkan. Saat karma baik mencukupi, Anda pasti bertemu guru yang tepat. Tapi kalau Anda terlalu bodoh dan sombong, Kristus/Avatar di depan Andapun tak akan Anda kenali. Anda sibuk dengan ilusi Anda. Kalaupun Anda telah sempat belajar pada guru yang tepat, Anda juga berhenti karena berpegang pada prasangka sendiri.
Jika Anda sudah bertemu guru yang tepat, langkah Anda berikutnya adalah memahami ajarannya tanpa bias, dan menjalankannya dengan tekun, konsisten dan pantang menyerah. Bahkan tak ada Kristus/Avatar yang bisa menyelamatkan diri Anda jika Anda sendiri tidak sungguh-sungguh berlatih keheningan dan memurnikan jiwa raga. Anda harus berjuang dengan kemampuan terbaik, sang guru menyempurnakan itu dengan kasih murninya. Anda gabungkan antara ketekunan berlatih dengan rasa hormat dan trust pada sang guru.
Anda yang gampang menyerah, senang mendramatisir peristiwa kehidupan, tidak punya ketulusan yang cukup, ngambekan, sombong, pasti gagal dalam belajar spiritual meski sudah dipandu guru terhebat.
Lalu, bolehkah belajar lebih dari satu guru? Satu penyebab kegagalan yang umum pada para murid spiritual adalah sikap sok open mind. Mereka belajar dari sana sini, bangga dengan beragam teori spiritual dari berbagai sumber, tapi tak mengerti bagaimana sebenarnya corak energi dari orang-orang yang dianggap guru. Mereka ini, pastinya, laksana menelan sekaligus madu dan racun. Tidak mungkin tercerahkan, ruwet iya. Kecuali Anda bertemu dengan beberapa guru yang sama-sama tercerahkan, itu lain soal. Tapi itu sangat jarang terjadi. Lagi pula prinsipnya sederhana, Anda tercerahkan bukan oleh banyaknya teori spiritual di kepala Anda, tapi oleh ketekunan dalam menjalani laku keheningan yang membuat Anda terhubung pada Diri Sejati dan mengalami purifikasi diri secara paripurna.