Skip to main content
Refleksi

DANCING WITH THE UNIVERSE

31 December 2024 Ay Pieta No Comments

Dancing with the Universe.

Siapa yang tak kenal frasa cantik ini? Banyak sekali ilustrasi dan narasi indah yang dikorelasikan dengan frasa cantik ini; menari mengikuti gerak Semesta. Beragam kisah cocoklogi atas momen spesial dituangkan sebagai gambaran indah dari menari mengikuti gerak Semesta, sama persis dengan yang saya lakukan jaman dahulu kala sebelum mengenal meditasi SMSHD dan dunia hanya sebatas daun kelor.

Gara-gara menuliskan frasa ini dalam “Rapotan Persaudaraan Matahari (PM) 2024”, saya jadi ingin menghayati frasa ini di saat tingkat kesadaran saya tidak lagi sama seperti dahulu kala. Dulu saya juga penggemar kalimat bijak nan cantik, dengan kemampuan sebatas mencocoklogi berbagai kalimat bijak nan indah dengan momen-momen yang saya anggap menyenangkan sesuai preferensi pribadi. Dunia memang sebatas daun kelor ketika belum mengenal meditasi SMSHD dan pemurnian jiwa.

Di dalam dunia sebatas daun kelor itu pokoknya asal senang, happy, gembira dan semua yang saya inginkan terpenuhi (makna bahagia di masa kesadaran sekian), maka inilah yang akan saya anggap sebagai dancing with universe. Di dalam kepala gambarannya adalah saya sedang menari macam ballerina penuh kegembiraan dan semangat euforia. Karena apa yang saya inginkan dan harapkan telah terpenuhi, maka inilah yang saya sebut dengan hidup serasa menari mengikuti alunan Semesta. 

Dalam sudut pandang saat ini, pada level kesadaran sekian ini, dimana dunia sudah lebih luas dari daun kelor, tentu segala sesuatu menjadi terlihat berbeda. Cakrawala pandang telah meluas tidak lagi sesempit hasrat-hasrat egoistik yang terpenuhi, tetapi melampaui semua hasrat “Ego, Sang Selebriti”, dalam Ajaran SMSHD fase ini disebut dengan fase “The Headless Buddha”

Ketika menengok ke belakang, melihat kembali kumpulan memori kisah dancing with universe di masa lalu, akhirnya saya dapat melihat jelas melalui sudut pandang yang lebih luas lagi. Ternyata, ketika itu saya bukan menari mengikuti gerak Semesta, lha wong jelas saya hanya mengikuti alunan hasrat egoistik, haha.

Namanya juga belum kenal Ajaran SMSHD dan belum kenal pemurnian jiwa, hidup sebatas kehendak ego yang kemudian diputuskan dengan kesadaran berbalut sisi gelap; kepalsuan, keserakahan, dan ketidaktulusan, yang dianggap sebagai sebuah kenormalan.

Setahun belakangan ini saya melangkah dalam perilaku tanpa basis sisi gelap, yang disebut dengan kesadaran murni. Dalam Ajaran SMSHD ada tolok ukur yang bisa dijadikan acuan agar tidak melanglang buana dalam asumsi yang kurang tepat. Hidup dengan kesadaran murni ini tentu sangat sulit dimengerti oleh yang belum pernah mengalami dan dianggap tidak memenuhi standar hidup manusia pada umumnya. Saya dianggap aneh, halu, dan sesat, hanya karena tidak memenuhi kriteria kenormalan umum. Tapi, ya begitulah risiko dan konsekuensi atas jalan hidup yang saya pilih, begitulah gambaran bagaimana saya ‘menari mengikuti alunan gerak Semesta’ yang sebenarnya. 

Dikala sudah menemukan kompas kebenaran sejati, tentu segala konsekuensi logis akan dijalankan, sehingga saya berupaya sebaik-baiknya untuk menari selaras mengikuti alunan Semesta. 

Langkah antimainstream yang tidak populer, namun malah membawa saya mengenal apa itu kebahagiaan sejati dan keselamatan jiwa. Membawa saya mengenal gerak dan alunan Semesta yang senyatanya termateriel dalam berbagai bentuk situasi di kehidupan sehari-hari. Dari mulai situasi yang sangat tidak nyaman dan sangat tidak ideal bagi standar manusia pada umumnya, sampai dengan situasi yang berbentuk penuh keajaiban dan terlihat jelas terang benderang, baik oleh panca indera maupun perangkat kecerdasan spiritual lainnya.

Sepadan dengan peningkatan level kesadaran, maka cara pandang terhadap pengertian frasa ini pun ikut meluas dan meregang melampaui batasan kehendak manusiawi yang konon membuat manusia kesulitan untuk menari mengikuti gerak Semesta. 

Bergerak dengan basis kesadaran supraconscious inilah yang lebih pas disebut dengan ‘menari mengikuti gerak Semesta’ karena setiap langkah dalam hidup hanya digerakkan oleh tuntunan Tuhan sebagai pemilik Semesta Raya ini. 

Yang jelas, kalau di keseharian masih diwarnai oleh perilaku sulit “Bersyukur dengan Tulus” dan masih sering melakukan pemberontakan terhadap gerak Semesta, seperti ngomel, misuh, ngedumel, nggrundel, protes, mengeluh, kesal, baperan, ngambek, tidak tulus dan ngeyel, maka hidupmu belum menari mengikuti alunan Semesta. Apalagi yang nyinyiran, penuh dengki, dan susah melihat orang lain bahagia. Hal ini sih jelas jauh dari alunan gerak Semesta, tapi lebih tepat menari mengikuti gerak angkara murka alias sisi gelapmu sendiri.

Cara agar mampu menari mengikuti alunan gerak Semesta tentu ada syaratnya,

  1. Meditasilah dengan teknik yang tepat
    Kalau saya sih pakai teknik SMSHD, karena enak bisa dilakukan kapan saja dimana saja
  2. Bersihkan/murnikan jiwa ragamu dan jaga kestabilan sampai kontrak hidupmu habis
    Untuk ini saya juga pakai “Tongkat Sihir”  meditasi/hening metode SMSHD yang terbukti memberikan dampak permanen.
  3. Setia kepada kebenaran sejati dan tuntunan Tuhan
    Terlebih lagi ini, mutlak hanya bisa terjadi kalau sudah menjadi ahli meditasi metode SMSHD.

Dengan memenuhi ketiga syarat itu, tentu tidak ada lagi pemaksaan akan hasrat egoistik dan tidak ada lagi pemberontakan terhadap alunan gerak Semesta. Dan, inilah yang saat ini saya mengerti sebagai Dancing with the Universe

Punya pendapat lain? Ceritakan, ya.

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
31 Desember 2024 

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda