
Artikel ini terpantik dari konten yang mampir di feed akun media sosial yang berbicara tentang pentingnya massa otot bagi tubuh. Dalam konten itu sih menjelaskan tentang massa otot secara fisik, tetapi malah memantik refleksi tentang ‘Otot Keheningan’. Di umur separuh abad ini, hidup saya memang diliputi dengan melatih otot keheningan terus menerus, supaya bisa hidup dalam naungan kesadaran penuh yang selalu jernih.
Sama seperti para body builder, saya pun melatih ‘Otot Keheningan’ dengan super intensif selama sekian tahun belakangan ini. Bedanya kalau otot fisik bisa dilakukan atas landasan ambisi atau ‘Sisi Gelap (shadows/darkside)’ lainnya, dan bisa dilakukan dengan tujuan yang melenceng dari jalur kesehatan. Sementara otot keheningan justru terbalik, tidak bisa begitu.
Latihannya harus ‘Tulus’, tanpa intensi yang egoistis, dan tujuannya untuk mencapai ‘Kesehatan Holistik’ – tidak hanya fisik, tapi mental, pikiran, dan emosi.
Secara konsisten saya telah membangun ‘Disiplin’ ‘Bermeditasi/Hening Penjernihan Diri’ sebagai rutinitas yang menyehatkan, saya pun akhirnya berhasil membangun jalur saraf (neuropath) yang baru, dan memprogram habit keheningan pada otak. Saya membangun massa otot keheningan sehingga menopang aksi ‘mengelola diri’ (self-management), ‘mengelola pikiran’ (mind-management), ‘mengelola emosi’ (self-regulation), dan ‘pengendalian diri’ (self-mastery) tanpa perlu merusak mental, emosi dan kesadaran, serta meminimalkan dampak bom waktu jatem di kemudian hari.
Memang sih saat ini otot-otot tubuh tidak sekencang otot keheningan. Berbeda dengan dahulu sebelum menjadi praktisi ‘Seni Hidup Berkesadaran SHD’ di mana otot fisik lumayan terlatih untuk menopang tubuh beraktivitas. Tetapi, ternyata kualitas hidup tidak tergantung dari massa otot fisik saja, karena buktinya saya tetap merana akibat belum punya otot keheningan. Tanpa otot keheningan, maka tidak akan terjadi kestabilan kesehatan pada pikiran, mental, emosi, dan fisik yang permanen. Ketika hidup ditata dalam pengendalian secara kognitif sekuat apa pun – misalnya menjaga agar minim stres dengan cara menghindari tantangan dan bersembunyi dalam zona nyaman, atau rajin mencari distraksi dan sering berlibur, tanpa mengelola diri dengan otot keheningan maka hanya akan terjebak dalam ‘Siklus Ruminasi’ yang ujung-ujungnya berimbas pada penurunan kualitas kesehatan.
Seseorang bisa menjadi super senang dan gembira, namun di saat yang sama sedang merepresi spektrum emosi destruktif ke kedalaman lapisan kesadaran, persis seperti saya dulu. Di tengah momen senang dan puas yang hanya berlangsung sementara, seringkali membawa kepedihan yang kemudian sengaja dialihkan dengan distraksi yang menyenangkan. Ketika rasa senang dan gembira lenyap, kemudian memantik kekhawatiran tidak akan mendapatkan kesenangan yang sama lagi, dan malah menjadi obsesi untuk mengejarnya kembali.

Otot keheningan bukan sekadar tentang pengendalian diri dan ‘Mereset Stres’ di kepala, bukan sekadar tentang menjadi tampak sehat secara fisik karena jarang stres. Tapi, tentang memastikan tidak ada lagi invisible force bawah sadar yang membajak kesadaran, menjadi akar penyebab bagi pola pikir dan perilaku, pun menjadi penyebab bom waktu degradasi kesehatan di masa depan. Memastikan tidak lagi terjadi ‘Siklus Ruminasi’, pencetus stres dan derita lainnya, yang berulang kali hanya dihilangkan gejalanya, namun sisanya terrepresi ke bawah sadar.
Pada tataran fisik dan pikiran, tidak peduli betapa sehat makanan yang dikonsumsi setiap hari, atau seberapa rajin olahraga dan gaya hidup yang menghindari rokok dan alkohol, tapi apabila tidak menghilangkan habit stres di keseharian, hidup akan menua dengan lebih cepat. Kualitas fungsi organ dan kesehatan menurun dan menunggu bom waktu menjadi penyakit berat di masa depan.
Hidup dalam konflik internal yang konsisten dan selalu mengaktifkan mode survival fight or flight setiap saat, adalah kualitas hidup yang jauh dari ‘Ketenangan (stillness)’.
Tuntunan dunia material yang membajak kesadaran, membuat manusia menjadi penuh ketegangan karena berusaha menjadi seseorang yang tidak autentik, hanya demi mendapatkan pengakuan dan kekuasaan. Padahal ketegangan inilah yang kemudian memproduksi hormon yang secara gradual merusak fungsi organ dan kesehatan mental dan emosi.
Dalam ‘Seni Hidup Berkesadaran SHD’ diajarkan ‘menyembuhkan’ dan ‘mendetoks’ sebagai akar penyebabnya, bukan hanya mengurangi gejalanya sementara waktu saja. Seni hidup ini mengajarkan kita untuk tetap hadir dan sadar melepas resistensi, bukan malah memilih bersembunyi dalam zona nyaman dan menghindari lari dari tantangan. Mengajarkan untuk menemukan tujuan yang lebih tinggi dari kepentingan pribadi, tujuan yang lebih besar dari diri sendiri karena menyadari setiap manusia terlahir untuk mengemban peran penting menjadi ‘versi terbaik diri’.
Seni Hidup Berkesadaran SHD mengajarkan untuk menjadi peka dan punya empati terhadap sinyal tubuh – sebelum tubuh tidak mampu lagi berkomunikasi. Sebelum tubuh hanya bisa menjadi organ yang kadung ringsek dan menjadi bom waktu yang ekstrem di kemudian hari.
Sembari melatih otot keheningan, kita perlu memperhatikan dengan jujur gejala harian dari sisi gelap, berupa pola pikir dan perilaku di keseharian. Gejala harian inilah yang akan turut terdetoks apabila disikapi dengan meditasi/hening penjernihan diri.
Proses membersihkan sisi gelap (purifikasi) berjalan paling besar dan efektif ketika sadar akan gejala harian, dan mau segera bermeditasi/hening untuk meredakan gejala harian itu.
Rutinitas meditasi/hening penjernihan diri akan sia-sia dan tidak berdampak holistik apabila hanya maunya merem bersila di pojokan saja, tetapi ketika melek tidak mampu mengelola gejala harian dengan kesadaran. Apabila rajin bermeditasi – tetapi tetap nyinyir, tetap manipulatif, tetap insecure, tetap overthinking, tetap malas, tetap carles, tetap pakewuh, tetap kemelekatan, tetap penuh prasangka buruk, tetap pencitraan, tetap kemrungsung dan drama – sebenarnya otot apa yang sedang dilatih? Otot keheningan atau otot sisi gelapmu?
“We create right habits to evolve our consciousness and energy fields, therefore it creates our future.” ~ The Art of Conscious Living
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
15 November 2025
Reaksi Anda:













