
Membantu sekian ratus teman komunitas dalam ‘Bimbingan Belajar Meditasi Pemurnian Jiwa’ selama empat tahun, mempelajari beragam tingkah pola dan drama berseri dari masing-masing teman belajar. Semuanya berlatar belakang spiritualis dengan pengetahuan spiritual yang lumayan banyak, namun ternyata tidak juga mempermudah proses belajar Spiritual Murni SHD karena dasar ajaran ini bertolak belakang dengan praktik umum.
Kesulitan mengosongkan gelas dan melepas keyakinan cara meditasi/hening yang telah dipraktikkan cukup lama sebelum belajar di Persaudaraan Matahari (PM) mewarnai drama eyel-eyelan selama mempelajari ‘Teknik Meditasi/Hening Spiritual Murni SHD’.
Banyak variabel teknis yang tidak akan dibutuhkan oleh metode meditasi lain, sehingga ketika mencoba beradaptasi dengan meditasi/hening pemurnian jiwa Spiritual Murni SHD menjadi perjalanan panjang yang sangat dramatis penuh cocoklogi dan kesombongan akibat merasa sudah tahu dan sudah bisa.
Tidak jarang berakhir dengan kengambekan absolut dan hengkang dari komunitas, kembali berkelana mencari metode yang lebih menyenangkan kebutuhan egoistiknya.
‘Belajar Spiritualitas di Persaudaraan Matahari’ adalah tentang spiritualitas yang murni karena tujuannya untuk ‘Memurnikan Jiwa’. Tujuan yang bertolak belakang dengan kategori spiritualitas lainnya yang telah menjadi praktik umum sekian lamanya. Spiritual Murni SHD seolah-olah menjadi jalur anti-mainstream bagi dunia spiritualitas karena menomorsatukan ketulusan ketimbang hasrat egoistik.
Dari yang saya pelajari, banyak perbedaan yang signifikan dan bahkan bertolak belakang antara meditasi/hening pemurnian jiwa dengan praktik meditasi pada umumnya, seperti:
No. | Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa | Meditasi/Hening yang Umum |
1. | Ada meditasi formal dan meditasi informal (tapa ing rame) | Meditasi formal |
2. | Dilakukan sepanjang waktu selama melek, butuh tidak butuh selama nafas mengalir maka meditasi dilakukan terus | Dilakukan sesekali atau sewaktu dibutuhkan saja |
3. | Disertai proses purifikasi/ pemurnian/ pembersihan/ penyembuhan dari kotoran jiwa berupa sisi gelap (shadows/dark side) | Tidak ada proses purifikasi/ pemurnian/ pembersihan/ penyembuhan dari kotoran jiwa berupa sisi gelap (shadows/dark side) |
4. | Bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, sambil ngapain saja, kecuali sedang tidur atau pingsan | Hanya bisa dilakukan pada waktu khusus, dengan lokasi khusus, posisi khusus |
5. | Sering memberikan rasa tidak nyaman | Selalu memberikan rasa nyaman |
6. | Bukan ritual, tetapi gaya hidup yang konsisten dilakukan sepanjang hari sampai seumur hidup | Hanya sebagai ritual tidak perlu konsisten dilakukan sepanjang hari tidak juga perlu seumur hidup |
7. | Modalnya hanya nafas natural dan ketulusan | Banyak syarat dan berlandaskan kehendak egoistik |
8. | Membutuhkan kerendahan hati dan tidak bisa disertai oleh agenda egoistik | Tidak perlu kerendahan hati dan boleh disertai oleh agenda egoistik |
9. | Tidak membayangkan objek, tidak mensugesti pikiran, tidak mengatur nafas, tidak ada afirmasi, tidak pakai mata ketiga, membutuhkan kepasrahan | Membayangkan objek, mensugesti pikiran, mengatur nafas, afirmasi, memakai mata ketiga, penuh dengan pengaturan |
Walaupun penjelasan perbedaan ini seringkali diberikan, tetapi masih banyak yang memilih untuk cocoklogi dan mempertahankan cara yang bukan meditasi/hening pemurnian jiwa karena dianggap lebih memberikan rasa nyaman.
‘Teknik Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa’ yang sebenarnya simple bin sederhana menjadi drama keruwetan yang tidak ada habisnya hanya karena tidak mau berendah hati mengubah pola pikir/mental model yang kadung memenuhi isi gelas, sehingga sulit menampung pengetahuan baru. Pengetahuan Spiritual Murni SHD yang bejibun banyaknya menjadi sulit ditampung, setiap dituang malah tumpah kembali karena isi gelas masih penuh.
‘Hidup memang Pilihan’, cara meditasi/hening tinggal memilih. Cara belajar pun bisa pilih – mau yang penuh drama eyel-eyelan atau mau berendah hati mengosongkan gelas seiring dengan praktik apa yang diajarkan. Yang pasti hasil tidak akan mengkhianati proses. Kalau hasilnya belum selaras, maka sudah pasti ada yang tidak tepat dalam menjalankan prosesnya.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
12 Maret 2025
Reaksi Anda: