
Meditasi/hening memang seperti ‘Alat Kesehatan yang Ajaib’, ada yang dapat memberi dampak sampai maksimal terhadap kesehatan mental emosi jiwa dan raga. Ada yang hanya meringankan gejalanya saja dan diperlakukan seperti paracetamol, ada yang bisa ‘menyembuhkan’ dan ‘mendetoks’ sampai ke akarnya sehingga kesehatan menjadi holistik dan permanen.
Sebelum kenal meditasi/hening penjernihan diri, saya pikir bermeditasi/hening memang hanya dilakukan seperlunya saja. Saya kira meditasi/hening hanya semacam suplemen pelengkap kehidupan, yang dikonsumsi sehari sekali, atau ketika stamina lagi drop. Meditasi/hening digambarkan seperti alat charging yang fungsinya hanya untuk mengisi baterai menjadi penuh kembali, apabila stamina sudah letoy dan layu.
Tapi dalam ‘Seni Hidup Berkesadaran SHD’, meditasi/hening bukan hanya sebagai paracetamol, bukan hanya suplemen pelengkap maupun charger pengisi energi saja, tetapi alat pencipta kualitas hidup yang diliputi kesadaran yang jernih, penuh keheningan atau meditatif, penuh rasa syukur dan ketenangan jiwa sepanjang hari. Sebagai alat pencipta surga di Bumi.
Memang sih manfaat seperti ini selalu dianggap abstrak dan intangible. Dianggap tidak nampak kalau belum kejedot terkena musibah atau penyakit berat. Manfaat kesehatan yang holistik, belum akan diakui kalau belum terjadi dan menimbulkan kerugian ekonomi yang tangible.
Meditasi/hening penjernihan diri idealnya memang dilakukan sepanjang hari. Karena untuk menjaga kesehatan berjangka panjang, perlu menciptakan kondisi meditatif/keheningan (meditative state) sepanjang hari. Mengelola pikiran dan kesadaran (mind management) agar selalu sehat sepanjang hari agar tidak bolak balik menurunkan kualitas kesehatan. Ibaratnya seperti tagline cara menjaga kesehatan yang umum yaitu lebih baik mencegah daripada mengobati, kalau bisa dicegah kenapa harus tunggu sampai mengobati. Tetapi apabila kadung terjadi, tetap menjadi alat yang paling tokcer untuk mengobati.
Lebih jauh dari sekedar menjadi alat kesehatan, meditasi/hening penjernihan diri merupakan alat untuk “mendekatkan diri” dengan manifestasi keberadaan Tuhan yang mengalir melalui nafas. Dengan kesadaran yang jernih dan meditatif, maka seseorang bisa ‘berkomunikasi’ denganNya, dengan cara yang tidak egoistik dan tidak semau-mau sendiri. Berkomunikasi ini bukan untuk mengatur dan memberi perintah, melainkan untuk bersyukur dan minta pengampunan. Inilah rutinitas bersyukur (gratitude routines) yang harus dibangun dan dijaga sepanjang waktu selama melek, tidak pingsan, dan tidak tertidur.

Dengan menjaga keheningan/meditatif sepanjang hari, maka ‘kebersihan kesadaran’ terjaga sepanjang hari. Dengan kesadaran yang lebih jernih, maka akan lebih mudah merasakan kasih Tuhan, bisa bersyukur, bahkan bisa ‘ngobrol’ untuk minta maaf karena kenakalan yang diperbuat selama ‘lupa’ pada anugerah hidup, lupa tujuan diberikan kehidupan, dan lupa bersyukur, lupa akan kasih Tuhan. Keterhubungan denganNya dalam meditasi/hening, akan membuka aliran energi kasih murni untuk menjernihkan lapisan kesadaran dari sampah berupa jejak sisi gelap (shadows/darkside). ‘Berdialog batin’ yang nonegoistik dan diliputi kerendahan hati, kepasrahan, serta ketulusan, sebagai momen yang reflektif dan kontemplatif, merasakan keterhubungan yang mendalam dengan diri sendiri.
Apabila bermeditasi/hening penjernihan diri dilakukan dengan teknik yang tepat, maka dapat menjadi alat kesehatan yang sangat manjur, seperti instant remedy atau solusi yang memberikan hasil dengan cepat.
Tapi sayangnya, apabila diliputi oleh keinginan yang obsesif untuk mendapatkan solusi instan, justru malah menciptakan ketegangan sehingga sulit rileks. Agar meditasi/hening penjernihan diri bisa bermanfaat sebagai instant remedy, maka perlu membangun keahlian bermeditasi/hening, menjadi praktisi yang tekun dan konsisten, serta memenuhi seluruh variabel syarat dan prasyarat yang dibutuhkan.
Dulu saya kira dengan bermeditasi/hening saja – tidak peduli bagaimana caranya, maka semua sisi gelap akan lenyap dengan sendirinya. Ternyata, untuk berlatih meditasi/hening yang penjernihan dan membuka kesadaran, perlu melengkapi ‘Variabel Teknis Penting’ yang bisa dibangun melalui aksi, cipta dan karya. Melatih ketulusan dan membangun karakter luhur yang tidak egoistik melalui kerja praktik, sehingga meditasi/hening memberi manfaat yang holistik, tidak hanya sekadar ‘Relaksasi’, meredakan gejala mental dan ‘Mereset Stress’ saja.
Seni Hidup Berkesadaran SHD adalah tentang mencapai titik kesetimbangan atau state of equilibrium, agar tercipta ketenangan dalam batin yang penuh dengan momen refleksi diri (inner peace) yang kontemplatif dan menjadi ‘Stillness’. Melalui proses panjang berlatih menjaga kesetimbangan kesadaran dan kesehatan mental,, maka tidak perlu lagi paracetamol maupun pereda gejala instan lainnya, karena yang didapatkan adalah transformasi yang holistik.
Kekuatan terbesar manusia adalah ketika mampu untuk menjaga stabilitas pikiran, kesadaran, emosi, perasaan dan suasana hati, sebagai bentuk ‘Self-mastery’. Ketika mampu menjaga kesadaran yang jernih dan meditatif, apa pun yang terjadi dalam hidup. Titik keseimbangan terjadi apabila mampu tetap bersyukur dikala drama dinamika kehidupan hadir maupun di tengah tekanan dan tantangan.
Makanya jangan perlakukan meditasi/hening penjernihan diri seperti paracetamol, karena manfaat holistiknya baru akan menjadi nyata apabila telah menjadi praktisi yang mau menjaga kestabilan kejernihan kesadarannya.
“Thoughts can be so busy, but the most important thing is the clarity of consciousness. Comfort doesn’t have to be complicated.” ~ The Art of Conscious Living
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
26 Oktober 2025
Reaksi Anda:














