Belajar Ajaran Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD) di sekolah spiritual bernama Persaudaraan Matahari (PM) memang unik. Semua anggotanya diberikan servis komplit dan gratis. Namun mohon maaf, di sini tidak memakai standar buatan manusia, tetapi memakai standar hukum Kosmik alias STANDAR LANGIT.
Berbagai kelas belajar tersedia lengkap dengan raporan bernama parameter evaluasi. Parameter evaluasi metasaintifik yang hanya bisa dilakukan oleh ‘petugas khusus’, yaitu yang telah memurnikan jiwa raga dari sisi gelap sehingga Rasa Sejatinya dapat terdaya guna tanpa bias.
Parameter evaluasi diberikan sebagai tolok ukur perjalanan belajar dan pedoman arah kompas karena membuka realitas jiwa yang tidak kasat mata. Tujuannya jelas agar semua pihak, baik yang belajar maupun yang membantu membimbing, dapat mengetahui perkembangan yang telah dicapai dan apa saja yang perlu diperbaiki serta ditingkatkan selama belajar Ajaran SMSHD.
Bagi saya secara pribadi, tersedianya parameter evaluasi yang akurat dan presisi ini, termasuk salah satu anugerah dan keajaiban yang hanya dimiliki oleh Ajaran SMSHD, karena tidak ada di ajaran mana pun dan jelas sudah teruji keakuratannya.
Berbagai sudut pandang yang berasal dari beragam kemampuan kognisi dan tingkat kesadaran menyumbang pro, kontra, pembuktian, serta penyiyiran atas metode belajar Ajaran SMSHD, baik di dalam maupun di luar komunitas. Ternyata fasilitas yang saya anggap sebagai sebuah anugerah dan keajaiban ini tidak serta merta membuat proses belajar menjadi mudah. Sebelum memiliki cakrawala pandang yang luas, maka akan sulit menangkap anugerah dan keajaiban yang disampaikan melalui parameter evaluasi.
Senyatanya manusia pada umumnya memang lebih senang dengan keajaiban imajiner ala fiksi berbau egoisme dan solusi instan, seperti mengubah batu menjadi emas ketimbang keajaiban mendapatkan data akan realitas jiwa milik sendiri. Manusia memang lebih terhibur dengan khayalan ketimbang realitas – lha wong mau melarikan diri dari realita, kok ya malah dihadapkan pada realita – begitulah kira-kira gambaran isi hati penjelajah dunia spiritualitas pada umumnya.
Di PM sendiri pun anugerah dan keajaiban berupa tersedianya parameter evaluasi ini tidak serta merta memberikan dampak positif dan disambut dengan sukacita oleh rakyat penghuni komunitas. Berbagai varian dampak hadir tergantung dari bagaimana kita memilih untuk merespons parameter evaluasi yang tidak umum dan tentu bertentangan dengan karakteristik dunia spiritualitas yang ingin mencari kemerdekaan dengan memenuhi hasrat egoistik sepuas-puasnya.
Bagi nahkoda yang memilih untuk netral dan berendah hati, kemudian melakukan praktik ajaran sesuai pakem tentu akan lebih mudah mengalami pembuktian dan kesaksian nyata dari parameter evaluasi atau umpan balik. Sebaliknya, bagi nahkoda yang memilih skeptis, baperan, merasa paling benar, penuh prasangka, dan ilusi tentu menjadi lebih sulit untuk membuktikan dan mengalami kesaksian diri atas bekerjanya hukum Kosmik yang tertuang dalam parameter evaluasi.
Lho, apa hubungannya raporan dengan hukum Kosmik?
Belum mengertikah bahwa parameter evaluasi merupakan ilustrasi yang disederhanakan oleh Guru SHD adalah mewakili kompleksitas hukum Kosmik? Agar umat manusia rodo mudheng dengan cara kerja hukum Kosmik, maka Guru SHD menyederhanakan dalam sebentuk ilustrasi. Jadi, parameter evaluasi bukan sembarang angka hasil rekayasa atau konklusi riset psikologis, tapi mewakili hal yang lebih luas yaitu hukum semesta yang tidak terjangkau oleh sains.
Parameter evaluasinya tidak bisa dibeli, disogok, dirayu, dan dimanipulasi. Kalau pun tampak berhasil memanipulasi angka evaluasi, sebenarnya bukan hukun Kosmik yang sedang termanipulasi, tapi dirimu sedang merajut lingkaran setanmu sendiri, menanti saatnya jatuh tempo, momentum keadilan Semesta akan bekerja alias ngunduh wohing pakarti.
Bagi yang cukup netral dan percaya akan kebenaran dari parameter evaluasi ini pun tidak serta merta proses belajarnya menjadi mulus. Banyak yang akhirnya malah terjebak oleh bias pemahaman Ajaran SMSHD sehingga sibuk mengejar angka seperti mengejar layangan putus. Segala cara ditempuh hanya untuk mengejar angka yang lebih tinggi karena beranggapan dengan angka yang lebih tinggi, maka agenda egoistiknya akan terpenuhi. Dalam konteks pemurnian jiwa yang seharusnya sisi gelap disirnakan, yang terjadi malah sebaliknya sisi gelap dilipatgandakan alias double kill.
Angka parameter evaluasi adalah HASIL. Seperti sebuah pabrik yang menghasilkan sebuah produk, maka angka parameter adalah produk yang dihasilkan pada akhir proses produksi. Untuk menghasilkan produk jadi yang diinginkan sesuai standar ajaran, maka proses produksinya harus berjalan terlebih dahulu melalui jalur produksi yang tepat dengan bahan dan material yang memenuhi syarat produksi. Kalau proses produksi tidak tepat, maka produk tidak akan mengkhianati proses produksi alias produk gagal.
Hasil tidak akan mengkhianati proses, Bapak Ibu. Ini kebenaran sejati.
Dalam Ajaran SMSHD yang ditekankan adalah PROSES-nya. Bawa perhatianmu pada prosesnya agar tidak terjebak mengejar hasil berupa angka yang tinggi. Apalagi kalau perhatianmu malah sibuk mengkhayalkan hasil yang tidak realistis atau mengkhayalkan hasrat egoistik apa saja yang akan didapatkan apabila berhasil mengejar angka parameter evaluasi. Kalau konsisten mempertahankan sikap dan sisi gelap ini, maka bisa dipastikan sampai jatahmu hidup di Bumi selesai tidak akan mendapatkan hasil akhir yang selaras dengan Ajaran SMSHD.
Cara untuk meningkatkan semua parameter evaluasi adalah dengan meningkatkan banyaknya LATIHAN DENGAN TEKNIK YANG TEPAT, meningkatkan kesungguhan, ketekunan dan konsistensi dalam praktik meditasi/hening, meningkatkan kerendahan hati untuk belajar, meningkatkan ketulusan dalam belajar, dan seterusnya, meningkatkan semua variabel teknis.
Angka parameter evaluasi akan muncul dengan sendirinya, menyesuaikan dengan proses yang telah secara konsisten dilakukan. Tanpa perlu dipikirkan dan dihantui dalam pikiran angka akan muncul sendiri sebagai hasil dari proses yang dilakukan. Jadi, ketika punya keinginan meningkatkan parameter evaluasi, maka silakan checklist dulu saja semua variabel yang saya sebutkan tadi.
Sudah jujur belum. Sudah tulus belum, sudah berendah hati belum, sudah sungguh-sungguh belum, sudah tekun belum, sudah konsisten belum, sudah tepat belum tekniknya, dan seterusnya.
Apalah gunanya mengaku jadi spiritualis – terlebih lagi belajar Spiritual Murni SHD dan mengaku rajin meditasi – kalau sepanjang hari kerjanya hanya sibuk memikirkan berbagai manuver untuk mengejar angka parameter evaluasi dan bukannya bersuka cita merayakan kehidupan?
Parameter evaluasi Ajaran SMSHD bukan layangan putus, jadi tidak perlu dikejar karena akan datang sendiri sesuai dengan laku heningmu.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
10 November 2024
Reaksi Anda: