Skip to main content
Refleksi

Refleksi Kejernihan Tubuh Karma dan Meluruhkan Jejak Dosa

29 February 2024 Nyoman Suwartha No Comments

Berikut ini beberapa rapor evaluasi kejernihan tubuh karma di Persaudaraan Matahari (PM)

Saat bergabung PM tahun 2018 = 3%

Rapor 11 September 2023 = 90%

Rapor 25 Desember 2023 = 100%

Rapor 2 Januari 2024 = 100%

Terima kasih, Mas Guru. Bersyukur mendapatkan rapor kejernihan karma hari ini masih bertahan di 100% seperti evaluasi sebelumnya pada 25 Desember 2023. Karena tentunya mempertahankan tidak lebih mudah dari mencapainya, lengah sedikit bisa kepleset, sehingga sikap eling lan waspodo memang perlu dijaga, terutama saat terlintas di pikiran ada rencana untuk melakukan, mengatakan, atau memikirkan sesuatu yang tidak selaras bisa jadi alarm untuk hening sejenak, mengambil jeda dan dengan freewill memilih tidak melanjutkan “rencana” tersebut.

Lebih bersyukur lagi jika kilas balik dengan skor kejernihan tubuh karma saat pertama kali bergabung di PM tahun 2018, ternyata baru 3% jernih tubuh karma ini. Artinya, masih banyak dosa (persentase 97%) akibat pikiran, perkataan, dan perbuatan di masa lalu, baik yang secara sadar ataupun tidak sadar, telah tertera jejaknya dalam tubuh halus. 

Sebelum bergabung juga sudah mulai belajar spiritual di beberapa “guru”, tapi karena belum tahu apakah guru tersebut sudah tercerahkan sepenuhnya atau belum, jadilah tim “merasa” kalau sudah berada di jalur yang benar. Ternyata jejak dosanya, ya, tidak bisa luruh, bahkan mungkin malah bertambah, saat pindah dari satu guru ke guru spiritual yang lain.

Namun sungguh beruntung, sejak masuk dan belajar di PM dijelaskan dan ditunjukkan jalan bagaimana melebur lima faktor pengeruh jiwa (yang saya yakin tidak ada di perguruan spiritual lainnya). Salah satunya jejak dosa. Saat awal-awal dulu belajar, kemudian dapat kesempatan masuk program kepamomongan, jadi lebih tekun untuk mempraktikkan meditasi formal (medfor) dengan salah dua audio andalan, adalah Accept & Forgive, Sinar Suci dan Api Suci. Sungguh-sungguh saat medfor, minta ampunan Gusti atas segala dosa, karma yang tidak selaras selama ini, baik yang disadari maupun tidak disadari. Tidak lupa dalam medfor juga meminta maaf kepada orang-orang yang telah menjadi korban atas watak angkara saya di masa lalu. Kemudian dalam keseharian, sambil latihan Topo ing Rame (TiR) mengupayakan untuk mengubah perilaku saat berinteraksi dengan orang lain, dengan keluarga, termasuk kepada hewan, tanaman, dan lingkungan. 

Selain lebih sadar agar tidak mudah tersulut emosi/marah, hal sepele seperti membuang sampah sembarangan (meski hanya sebungkus permen) pun tidak seringan-tangan dahulu. Makanya, kadang gemes kalau lihat ada mahasiswa atau teman dosen yang setelah merokok, buang puntung rokok sembarangan, dengan gagahnya lagi. Padahal sudah ada tempat sampah. Juga ke sopir angkot yang suka buang gelas plastik seenaknya di jalan, masyarakat pengendara motor yang berangkat kerja buang sampah rumah tangga ke jalan/sungai. Kok bisa gitu, ya?

Hal yang tidak kalah penting adalah ketekunan dan konsistensi praktik hening, selama kurang lebih lima tahun perjalanan di jalan keheningan ini. Kalau tidak tekun dan konsisten, apalagi pundung, mutung, di tengah jalan berhenti karena tidak ada progress, mungkin kejernihan tubuh karma dan jejak dosa tidak akan pernah jernih dan luruh sepenuhnya, bahkan bertambah kembali. 

Dampak dalam keseharian, setelah kejernihan karma makin meningkat hingga 90% pun sudah terasa lebih ringan dalam melakukan aktivitas, tidak ruwet sendiri, sinkronisitas atau kebetulan selalu ada: saat perlu sesuatu – ada yang ngasih bantuan, saat parkiran penuh eh tetiba ada mobil yang mau keluar, ada yang menawari pekerjaan tanpa harus berebut atau mentarget, dll. Secara default, sepertinya sudah tidak melekat kuat pada bibit watak angkara, lebih mudah mengasihi, mengampuni, memaklumi atas sikap orang atau kelompok, semacam ada perubahan perilaku meskipun tanpa harus disengaja/diupayakan.

Jadi, buat teman-teman yang sedang semangat belajar, jangan berhenti pada bersyukur dan beruntung sudah gabung di PM, lalu merasa aman sentosa. Tapi, tunjukkan dengan sikap tekun, konsisten, sungguh-sungguh belajar hening, pantang menyerah, sebagai wujud terima kasih pada Gusti sudah ditunjukkan jalan keselamatan, spiritual murni ala SHD. Sudah banyak bukti dari pengalaman otentik para leader dan teman seperjalanan yang makin hari makin meningkat rapornya. 

Kalau tidak sekarang, kapan lagi berubah dan bangkit? Kalau tidak kita, siapa lagi yang akan menolong? 

Kuncinya seperti yang sering Mbak Ay ingatkan, “KALAU MAU, pasti BISA (dengan catatan syarat dan ketentuan berlaku).”

 

Dr. Nyoman Suwartha

Dosen di Universitas Indonesia, Leader di Persaudaraan Matahari, Sekjend Pusaka Indonesia

Share:
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda