
Rewire Your Response. Tata ulang caramu memberi respons. Kelola responsmu.
Sesuai ‘Hukum Semesta‘, setiap situasi yang hadir bagi kita semua merupakan buah ‘Rajutan Karma’ dari tindakan kita di masa lalu. Rajutan karma dibentuk oleh bagaimana cara kita memilih sikap yang tepat di keseharian, sehingga menentukan apakah terbentuk ‘Lingkaran Malaikat atau Lingkaran Setan’.
Memilih sikap yang tepat ketika bereaksi atau memberikan respons terhadap sebuah stimulus yang hadir di hadapan kita, akan mencipta rajutan karma yang sepadan.
Memilih meditasi/hening pemurnian jiwa atau memilih untuk berprasangka buruk? Memilih berendah hati dan bersikap netral atau memilih untuk ngeyel dan ngotot ketika diberikan umpan balik? Memilih untuk berefleksi diri dan berusaha yang terbaik untuk menangkap pembelajaran atau memilih untuk protes dan memberontak ketika peristiwa tidak menyenangkan hadir? Memilih untuk bersyukur dan bersukacita atau mengeluh dan membandingkan ketika menghadapi situasi yang tidak ideal? Memilih meditasi/hening pemurnian jiwa atau memilih meditasi sesuka hati pakai cara sendiri yang dianggap paling benar dan menyenangkan? Memilih mengubah niat tidak selaras atau memilih mempertahankan agenda egoistik ketika belajar Spiritual Murni SHD? Dan seterusnya.
Semua konflik internal dan eksternal yang menimbulkan roda samsara atau penderitaan di kehidupan sehari-hari adalah hasil pilihan sikap kita sendiri ketika bereaksi atau memberikan respons terhadap stimulus situasi yang hadir di hadapan kita. Terutama bagi situasi yang menjadi penyebab trigger besar (triggering event) bagi reaksi kognitif, respons emosi, dan sensasi tubuh manusia.
Reaksi kognitif berupa pikiran, respons emosi yang berupa ucapan dan perbuatan, beserta semua sensasi tubuh merupakan indikator dari mekanisme respons spontan yang terjadi secara otomatis dalam hitungan sepersekian detik.
Maka, Spiritual Murni SHD mengajarkan kita semua untuk mampu mengelola respons/reaksi, menata ulang (rewire) otomatisasi reaktif dan impulsif yang kadung terprogram seumur hidup, diubah menjadi lebih kalem, lebih perlahan, memberi ruang jeda terlebih dahulu untuk hening atau berada dalam kondisi meditatif sejenak dengan cara meditasi/hening pemurnian jiwa.
Sebuah triggering event yang menimbulkan reaksi atau respons kognitif dan emosi yang destruktif merupakan sinyal yang tidak bisa dibantah, bahwa ada tumpukan ‘Sisi Gelap (shadows)’, yaitu luka batin, watak angkara, dan/atau ilusi yang belum diselesaikan/belum dibereskan/belum dibersihkan/belum dimurnikan/belum dipurifikasi.
Spiritual Murni SHD mengajarkan untuk selalu meditatif sepanjang hari melalui ‘Laku Meditasi/Hening Formal dan Informal (tapa ing rame)’. Dengan bermeditasi/hening pemurnian jiwa, bukan sekadar membuat jeda dalam mengelola respons/reaksi saja, tetapi (apabila dilakukan dengan ‘Teknik yang Tepat’), maka akan meredakan respons impulsif yang kadung tercipta, membersihkan/memurnikan jejak sisi gelap (shadows) penyebab respons impulsif tersebut dan sekaligus menjaga agar tidak menciptakan roda samsara/penderitaan baru, yaitu dengan tidak merespons/bereaksi dengan reaksi kognitif dan respons emosi yang baru.
Spiritual Murni SHD memberikan solusi holistik yang akan melatih kita menjadi manusia tangguh dalam menjalankan kehidupan yang penuh tantangan. Dengan bermeditasi/hening pemurnian jiwa yang disebut ‘Tongkat Sihir’, maka kita akan melatih dan menata ulang (rewire) cara berpikir, melatih dan menata ulang (rewire) cara merespons atau bereaksi terhadap sebuah stimulus, baik yang menyebabkan trigger maupun yang tidak.
Apabila ‘Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa’ dilakukan dengan tepat, maka akan mempengaruhi bagaimana dirimu memberikan respons/reaksi, sekaligus mempengaruhi kemurnian/kebersihan mental jiwa ragamu. Kebersihan/kemurnian mental jiwa ragamu mempengaruhi tingkat kesadaranmu. Tingkat kesadaranmu mempengaruhi cara pandangmu terhadap sebuah situasi. Cara pandangmu terhadap sebuah situasi akan mempengaruhi keterampilanmu dalam mengelola respons/reaksi (pikiran, ucapan dan perbuatan) terhadap sebuah situasi, terutama situasi yang menimbulkan trigger (triggering event).
Jadi, bisa dicek. “Apakah dengan bermeditasi/hening pemurnian jiwa dirimu menjadi manusia yang lebih tangguh atau malah makin mudah melempem, makin manja, dan makin malas?”
Kalau yang terjadi sebaliknya, tentu ada yang salah dengan teknik meditasi/heningnya. Tip berikut bisa dijadikan bahan latihan untuk menata ulang caramu merespons, memilih sikap yang tepat di setiap situasi yang dibarengi dengan praktik meditasi/hening pemurnian jiwa.
- Tingkatkan ‘Self-awareness’ dan ‘Kecerdasan Emosi (EQ)’, tekun bermeditasi/hening pemurnian jiwa dan berefleksi diri untuk mengenali apa saja yang membuatmu ter-trigger, mengapa membuatmu ter-trigger, apa saja reaksi spontanmu, dan apa saja dampak dari berbagai situasi tersebut.
- Berikan jeda, stop sejenak (paused), tunda respons dan reaksi impulsif. Pilih respons dengan tepat dan bijaksana, yaitu lakukan meditasi/ hening pemurnian jiwa sesegera mungkin, rasakan nafas naturalmu, redakan keinginan untuk merespons dengan impulsif.
- Redakan respons emosi yang tercipta dengan meditasi/hening pemurnian jiwa sesegera mungkin setelah dirimu menyadari kehadiran gerombolan emosi tersebut.
- Evaluasi/refleksikan kembali asumsi dan prasangka yang muncul dalam pikiran. Meditasi/hening pemurnian jiwa akan membantumu membuka cakrawala pandangmu sehingga dapat melihat dari berbagai sudut pandang/perspektif. Different perspective leads to different reaction, sudut pandang yang berbeda akan membuahkan respons/reaksi yang berbeda.
- Bangun habit anti-stress dengan membangun rutinitas bersyukur setiap hari (gratitude routines). Segera beri jeda dan hentikan segala aktivitas untuk segera bermeditasi/hening pemurnian jiwa, ketika muncul respons kognitif, emosi, dan sinyal tubuh yang destruktif.
- Ubah mindset atau cara pandangmu terhadap objek yang secara berulang membuatmu tegang/stres, menjadi sebuah informasi yang netral dan data yang bisa dipelajari. Stimulus yang men-trigger merupakan wahana umpan balik yang bermanfaat bagi perbaikan dan modal untuk bergerak maju dengan mencari solusi perbaikan, bukan sebagai ‘Alat Menyabotase Diri’.
- Jangan lanjutkan kerumitan, sayangi dirimu, dan stop menyiksa diri. Bongkar habit berpikir dan bertindak yang tidak tepat, dengan habit baru yang lebih sehat dan konstruktif, yaitu habit bermeditasi/hening pemurnian jiwa. Praktik meditasi/hening pemurnian jiwa sebagai ‘Gaya Hidup (life style)’ akan membuat ‘Mental Jiwa Ragamu Lebih Sehat’ dan bebas dari sisi gelap (shadows).
Ujung-ujungnya memang meditasi/hening pemurnian jiwa, tidak ada pilihan lain apabila dirimu serius mau ‘Mengubah Hidup’ menjadi lebih baik layaknya hidup yang ‘Surgawi di Bumi’.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
28 Maret 2025
Reaksi Anda: