
Yang sudah belajar Ajaran ‘Spiritual Murni SHD’ pasti sering sekali membaca atau mendengar kalimat dalam judul.
Bagi yang belum pernah atau mungkin amnesia, saya jelaskan dulu bahwa Spiritual Murni SHD mengajarkan metode ‘Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa’ dengan pintu gerbang menuju ‘Keheningan (Fase Meditatif)’ yang disebut dengan fase ‘Relaksasi’. Spiritual Murni SHD memiliki ‘Parameter Evaluasi’ bernama ‘Kualitas Meditasi/Hening’ untuk memastikan fase ini sudah tercapai atau belum.
Sudah pasti banyak teman seperjalanan belajar yang memiliki asumsi dan menciptakan persepsinya sendiri-sendiri dalam memahami kalimat sederhana pada judul artikel ini. Ada yang hanya disimpan berupa hafalan saja, ada yang dicocoklogi dengan pengetahuan ajaran lain, ada yang dicampur sari dengan teori ciptaan sendiri yang tidak pernah tervalidasi, ada juga yang tidak paham tetapi malu bin gengsi untuk bertanya. Bahkan, ada yang mengerti secara teori dan malah menjadi bahan bakar bagi ambisi dan obsesi dalam mencapai pintu gerbang keheningan ini.
Pengertian rileks dalam metode meditasi/hening pemurnian jiwa Spiritual Murni SHD menggambarkan tentang seberapa tepat fungsi observasi bekerja, sehingga kerja otak tidak dalam ‘ketegangan’ akibat didominasi oleh fungsi imajinasi, fungsi memori, dan fungsi analitis, atau yang sering kami sebut dengan ’spaneng’.
Sesuai kutipan Google, kata ‘spaneng’ sering digunakan untuk menggambarkan perasaan atau suasana yang tidak rileks, seperti karena sedang menghadapi masalah atau memiliki banyak beban pikiran.
Dalam Spiritual Murni SHD, spaneng meliputi kerja otak yang melibatkan fungsi imajinasi, fungsi memori, dan fungsi analitis, yang bekerja dengan dominan. Termasuk melamun/berkhayal indah dan menyenangkan atau berkelana dengan ‘Mata Ketiga’ juga merupakan kategori spaneng, meskipun membuat sensasi tubuh terasa rileks dan nyaman.
Pengertian rileks Spiritual Murni SHD sering dicocoklogikan dengan sensasi ‘Kenyamanan’ fisik sesuai idealisme. Rileks diartikan sebagai sensasi fisik nyaman yang disukai dan menjadi pedoman sebagai sensasi idaman yang akan terus diburu dan dicari.
Versi kebablasan dari pengertian rileks adalah ketika rileks dimaknai dengan kemageran, kemalasan, menunda, santai dulu, main game dulu, ngopi dulu, udud dulu, bahkan ada yang menyatakan stop dulu meditasinya karena mau ngerileks dulu.
Lho. Syntax Error.
Padahal dalam Ajaran Spiritual Murni SHD, rileks adalah pintu gerbang menuju keheningan/meditatif. Dan, apabila semakin hening/meditatif seharusnya menjadi semakin rileks mendalam. Tapi, mengapa menghentikan meditasi/hening untuk ngerileks?
Banyak juga yang bermeditasi/hening pemurnian jiwa untuk mencari rasa nyaman saja, sehingga merasa cukup ketika mencapai ‘Sensasi Fisik yang dianggap sebagai kenyamanan, ketenangan dan kedamaian’. Tidak terlalu peduli apakah sensasi nyaman itu merupakan hasil berimajinasi, berkhayal indah, atau membayangkan hal-hal yang diinginkan.
Pemahaman kata rileks yang tidak sinkron, menjadi salah satu isu bagi kemandegan proses belajar meditasi/hening Spiritual Murni SHD dan berimbas pada mandegnya proses ‘Pemurnian Jiwa’.
Kesulitan dalam mencapai fase pintu gerbang yaitu relaksasi ini juga disebabkan oleh intervensi dan campur tangan ‘Hasrat Ego’ yang didominasi oleh ‘Sisi Gelap (shadows)’. Banyak juga yang semakin lama belajar malah semakin sulit mencapai titik rileks karena meditasi/hening dilakukan dengan semakin tidak ‘Pasrah’.
Meditasi/hening malah disertai oleh semakin banyak harapan, ambisi, dan obsesi, sehingga selama meditasi/hening berlangsung yang terjadi hanyalah sibuk mengatur dan merekonstruksi pikiran untuk mencapai pintu gerbang. Saking berambisi untuk mencari dan mencapai rasa rileks, malah membuat kerja otak bukannya rileks malah menjadi semakin tegang atau spaneng.
Teknik meditasi/hening pemurnian jiwa Spiritual Murni SHD tidak pernah mengajarkan untuk ‘Mengosongkan Pikiran’, tidak mengajarkan untuk membayangkan objek atau ruang kosong, tidak mengajarkan untuk melamunkan gambaran-gambaran yang diyakini sebagai tanda/ciri keberhasilan bermeditasi/hening, bukan berkelana dalam visual mata ketiga yang membuat sensasi fisik terasa nyaman. Tapi sesimple sadar penuh menikmati nafas natural terus-menerus sepanjang nafasmu ada.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
10 Mei 2025
Reaksi Anda: