Deskripsi paling tepat bagi pengertian sukacita (joy) ternyata bukan kesenangan dan kegembiraan yang didapatkan ketika keinginan terpenuhi, atau kegembiraan yang meletup meluap dan euphoric ketika berhasil mencapai sebuah tujuan yang sangat dinantikan. Bukan juga seperti rasa puas atau mendapatkan kenikmatan ketika mencapai situasi yang sangat dimimpikan. Bukan pula spektrum emosi yang dihasilkan oleh serbuan pasukan hormon bahagia.
Yang saya temukan ketika menjadi ahli dalam bermeditasi/hening pemurnian jiwa Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD), sukacita lebih tepat digambarkan sebagai situasi diri yang konten (contentedness).
Bukan situasi penuh rasa puas (satisfaction) akibat terpenuhi segala sesuatu yang diinginkan, tapi merasa cukup dengan semua yang dibutuhkan. Merasa penuh utuh mental jiwa raga menyatu dalam sebuah kesadaran yang tersinkronisasi, tidak bergerak terpisah sendiri-sendiri.
Sukacita saya gambarkan sebagai kekuatan atau energi yang menyatukan elemen hidup dan menghidupi kehidupan (lifeline).
Sukacita hadir dari sebuah ‘Kesadaran (mindfulness)’, sebagai kebebasan diri karena terlepas dari hasrat/keinginan yang berlebihan dan tidak realistis (excessive desires), terlepas dari perbudakan pendapat orang lain yang tidak konstruktif dan tidak memberikan dampak pemurnian jiwa raga, sehingga mampu berpatokan kepada kebenaran sejati.
Sukacita bukanlah kenikmatan sesaat yang dihasilkan oleh kerja hormon (pleasure), tetapi lebih tepat disebut sebagai energi positif yang mentransformasi, menata ulang pola nalar, menata pola berperilaku, menata pola respons, membangun kreativitas dan ketangguhan, baik mental maupun emosi, jiwa dan raga.
Sukacita bukan situasi yang mewah dan eksklusif, tetapi justru berbentuk kebersahajaan dan sederhana yang diliputi ketegasan dan ketangguhan. Sukacita merupakan pilihan yang revolusioner dan transformatif bagi derasnya pusaran budaya degradasi kesehatan mental jiwa raga. Maka sukacita pun merupakan energi penyembuhan yang bekerja bagi seluruh sel sampai ruang terkecil yang ada pada tubuh manusia. Sekaligus merupakan energi survival yang tercipta melalui sebuah ketegasan dalam memilih sikap yang tepat, yaitu pilihan yang dibuat dengan penuh kesadaran sehingga mengerti konsekuensi dari pilihan tersebut (deliberate choice). Sukacita menjadi sebuah pondasi yang mutlak dibutuhkan dalam menjalankan kehidupan dan berevolusi, tidak bisa lagi menjadi opsi atau pilihan.
Sukacita bukan tujuan akhir, tetapi justru bahan bakar, karena tindakan yang dilakukan dengan sukacita membuat diri menjadi penuh motivasi, semangat, kreatif, dan produktif yang berdampak kepada keberhasilan. Menjadi ahli bersukacita sudah tentu merupakan hasil dari berlatih mengelola pikiran yang sehat melalui meditasi/hening SMSHD yang dimulai dari membangun rutinitas bersyukur (gratitude routines). Sukacita yang konsisten dan stabil akan mengubah perspektif, mengubah pola pikir dan mental model, menumbuhkan optimisme dan menata ulang (rewire) alur kerja syaraf dan neuroplastisitas.
Sukacita adalah menikmati proses dan pasrah akan hasilnya, sehingga menjadi positif terhadap tantangan, kesulitan dan pengalaman kegagalan.
Yang saya alami, sukacita muncul dari ketulusan, muncul ketika melakukan sesuatu tanpa syarat, tanpa pencitraan dan tanpa kalkulasi imbal-balik. Sukacita bukan antitesis dari kerja keras. Sebaliknya, menjadi energi positif yang menyertai setiap langkah dalam kehidupan, dalam berkegiatan, dalam bekerja, dalam berkarya, dalam melayani dan berkontribusi. Dengan sukacita, maka akan menciptakan kreativitas, mengembalikan semangat, terhindar dari berbagai gejala penyakit mental emosi dan fisik karena selalu terkoneksi dengan diri.
Melalui meditasi/hening pemurnian jiwa SMSHD, diajarkan untuk menjadi ahli bermeditatif dan menjadi ahli bersukacita sepanjang hari. Menjadi meditatif dan bersukacita adalah tentang menjaga kesetimbangan dan harmoni. Tidak hanyut pada spektrum emosi yang mana pun, baik yang destruktif maupun yang euphoric. Karena sukacita bukan rasa senang yang berlebihan, sukacita bukan letupan kegembiraan yang euphoric, tetapi sebuah kondisi emosi yang sederhana, ringan, dan penuh rasa syukur.
Menjadi ahli bersukacita adalah keahlian yang bisa dilatih oleh siapa saja dimulai dengan ‘Membangun Habit’ bermeditasi/hening SMSHD sebagai personal practice yang dilakukan dengan tekun dan konsisten. Apapun karakter pribadi (personal traits) yang dimiliki tidak akan menjadi penghambat untuk bersukacita, dan sebaliknya habit bersukacita yang konsisten secara otomatis akan mengubah pola pikir, mengubah mental model, dan mengubah karakter menjadi lebih selaras dan bermanfaat bagi pertumbuhan jiwa raga.
Ada yang punya pengalaman lain? Share, ya.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
4 Februari 2025
Reaksi Anda: