Dinamika pejalan keheningan Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD) di komunitas Persaudaraan Matahari (PM) memang seperti ada di dalam panggung drama yang unik. Perjalanan meningkatkan tingkat kesadaran bisa seperti main ular tangga, dengan grafik kestabilan tingkat kesadaran bisa seperti grafik saham penuh spike tajam, sulit sekali berbentuk mulus menanjak landai.
Besaran angka Level of Consciousness (LoC) sebagai parameter evaluasi utama dalam ajaran SMSHD tidak semata-mata merupakan hasil kemampuan hening atau besar kecilnya jumlah Sisi Gelap (Sigel) pada diri saja, namun banyak variabel lain yang tidak bisa diprediksi kalkulasinya, seperti ketulusan, risiko peran, kebutuhan akan peran, karma baik, momentum spesial seperti pengampunan dosa, dan lain-lain. Banyak yang mengalami kenaikan evaluasi tanpa dibarengi dengan kemampuan hening yang stabil sehingga pola pikir dan perilakunya pun tidak sinkron dengan angka tersebut.
Sepanjang perjalanan belajar saya menyaksikan banyaknya perosotan ular tangga di sekitar saya, mengalami berkali-kali kehilangan teman seperjuangan dan rekan kerja yang kesadarannya rontok satu per satu. Ada yang rontok dan ngambek permanen, ada yang rontok dan masih kesulitan untuk kembali waras sampai saat ini, ada juga yang dalam perjalanan on the way untuk kembali ke kesadaran tertingginya. Teman seperjalanan yang saya maksud adalah teman-teman yang dulunya pernah sama-sama berkesadaran cukup tinggi, ada yang lebih tinggi ketimbang saya, ada yang ‘juara kelas’ di masanya, ada juga yang selalu beda tipis dengan laju kesadaran saya.
Sejauh ini baru Mas Eko Nugroho, teman ‘seangkatan’ yang berhasil ‘selamat’ dari drama ular tangga. Mas Eko telah berhasil kembali menapaki tangga kesadaran stabil Shamballa dengan kemantapan berkali-kali lipat lebih baik karena telah berhasil mematerialkan angka kesadaran tersebut menjadi sinkron dengan pola pikir dan perilaku sehingga mampu membuahkan karya yang bermanfaat. Angka realitas jiwa tersebut menjadi benar-benar sinkron dengan realitas fisik. Beliau sempat cukup lama perosotan, namun dengan kesungguhan dan ketulusan yang extra, beliau mampu berendah hati untuk memperbaiki teknik hening dan meningkatkan laku heningnya.
EFEK SAMPING BOOSTING
Mempelajari pola atas fenomena ular tangga yang masuk kategori ekstrem terjadi pada banyak teman ‘seangkatan’, maka saya menemukan antitesa dari manfaat boosting.
Dikatakan ekstrem karena aktor perosotan ini tadinya cukup lama berada di level kesadaran yang terbilang tinggi disertai dengan berbagai peran pentingnya, tapi kemudian perosotan dan sulit kembali lagi. Sebenarnya selalu ada proses degradasi bertahap, tapi sayangnya seringkali diabaikan dan tidak dibenahi dengan kesungguhan.
Boosting adalah anugerah besar berupa pemberkatan yang sering sekali diberikan oleh Guru SHD sebagai wahana Semesta. Boosting ini bisa membuat parameter evaluasi melambung tanpa kita mengerti secara utuh apa penyebabnya. Bagi yang cukup jujur biasanya akan mempertanyakan mengapa angka bisa melambung padahal laku heningnya belum mengalami peningkatan, dan sisi gelapnya pun terasa belum ada perbaikan.
Ada tendensi antitesa berupa pola pikir tidak selaras terbentuk sebagai efek samping dari anugrah boosting ini, yaitu tidak jujur, meremehkan, ngegampangin, dan pencitraan, sehingga anugerah boosting tersia-sia dan menciptakan lingkaran setannya sendiri. Terkonsep kuat tentang kasih murni yang tanpa batas sehingga berilusi tanpa kesungguhan memperbaiki dan meningkatkan laku hening, maka jalan pembelajaran pasti aman dan parameter evaluasi akan selalu tertolong dengan jatah boosting.
Pola pikir dan sikap tadi merupakan antitesa dari kerendahan hati dan bukan bentuk rasa bersyukur. Dilanjutkan dengan segudang perilaku yang merupakan manifestasi kesombongan ilusif. Contohnya merasa selalu benar, merasa sudah tidak punya sisi gelap, merasa tidak perlu lagi mawas diri, dan lain-lain. Yang paling gawat adalah merasa sudah maksimal dalam laku hening sehingga merasa sudah cukup dan merasa sudah selesai dengan sisi gelap. Ketika suatu hari hadir momentum jatuh tempo karena jatah toleransi sudah habis, drama berseri dimulai. Kelabakan megap-megap dengan panen raya sigel akibat kemampuan hening yang minim.
Biasanya sikap lanjutannya adalah menyalahkan semua pihak dan merasa dihajar, disabet, dipentung, diobok-obok, dicabik-cabik, dan masih banyak lagi istilah ngenes sebagai ekspresi pemberontakan atas sebuah kondisi yang disebabkan oleh ulah sendiri.
Sikap antitesa inilah yang kemudian mencipta lingkaran setannya sendiri. Dalam koteks pemurnian jiwa, momentum jatuh tempo terjadi karena tidak ada toleransi lagi bagi tersimpannya para sisi gelap tadi dan sudah mendesak untuk dibereskan. Momen jatuh tempo inilah yang kemudian menimbulkan drama berseri dan tentu melibatkan banyak pihak, termasuk yang sudah kadung melekat dan memiliki kepercayaan penuh terhadap objek perosotan ular tangga ini.
Bagi yang sudah terbiasa abai, malas dan tidak bersungguh-sungguh tentu punya kesulitan tersendiri dalam mengubah sikap. Ketakutan akan citra buruk dan tidak mau kehilangan peran penting selalu mewarnai kisah drama yang membuat para aktor perosotan sibuk bermanuver mencari jalan pintas agar bisa kembali ke kesadaran tertingginya tanpa harus melewati fase yang dianggap memedihkan dan memalukan. Bahkan tidak sedikit yang bersikeras menanti jatah boosting jaring pengaman hadir.
APA YANG SAYA LAKUKAN KETIKA MENGALAMI PEROSOTAN?
Saya berfleksi kembali terhadap diri saya ketika berada di fase belajar yang sama, dan menemukan perbedaan atas pilihan sikap yang saya ambil dibandingkan dengan sikap teman-teman yang mengalami drama ular tangga cukup panjang ini.
Siapa bilang saya tidak pernah perosotan kesadaran?
Sama seperti teman-teman seperjalanan, di fase belajar yang sama dulu saya sering perosotan juga, dalam sehari bisa beberapa kali. Namun, yang membedakan saya dengan teman-teman lain adalah pilihan sikap.
Saya tidak pernah membiarkan perosotan berlangsung lama dan berdrama panjang terhadap situasi tidak menyenangkan itu. Saya akan dengan kesungguhan sesegera mungkin membereskan dan siap menerima apa pun buah karma yang harus saya jalani. Saya tidak pernah menyalahkan siapa pun dan tidak pernah merasa dihajar, dipentung atau disabet siapa pun karena saya sadar betul bahwa apa yang saya alami hanyalah hasil ulah saya sendiri. Saya betul-betul berusaha tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi.
Begitu pula sikap ketika mendapatkan jatah boosting menjulang setinggi langit, saya tidak pernah menyikapi dengan kegirangan namun dilanjutkan dengan acuh abai dan meremehkan. Bagi saya, momen meningkatnya angka LoC yang signifikan hanya akan membawa saya kepada tantangan dan risiko baru yang pasti lebih besar ketimbang yang sudah saya kenali, sehingga saya tidak pernah sempat berbangga ria dan mengabaikan perbaikan kualitas dan kuantitas laku hening saya.
Ketika angka LoC naik, maka saya sadar sepenuhnya akan tanggung jawab untuk meningkatkan ketekunan dan konsistensi laku hening saya, agar tidak terlalu banyak berdrama ular tangga saat menapaki ruang kesadaran baru yang pasti sepaket dengan tantangan baru yang selalu ajaib tak terduga. Merasa aman dan merasa sudah cukup baik dalam laku hening sehingga merasa tidak perlu menjaga kestabilan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas laku hening adalah haram dalam ajaran SMSHD.
Bagi siapa pun yang berjatah mendapatkan boosting apalagi bertahan dalam durasi yang cukup panjang, seharusnya momentum ini dimanfaatkan untuk dengan sungguh-sungguh meningkatkan kualitas dan kuantitas meditasi. Ditambah dengan kesungguhan memperbaiki diri, memperbaiki pola pikir, dan perilaku yang merupakan manifestasi deposito sigel kita sendiri.
Sigel yang telah terpurfikasi berpotensi muncul kembali kapan pun di saat kita lengah, tidak meditatif atau tidak hening. Jadi, jangan disangka apabila sigel diidentifikasi lenyap kemudian kita tidak punya tanggung jawab menjaga agar sigel tidak kembali. Ini adalah pola pikir yang keliru yang bukan berasal dari teori dasar ajaran SMSHD.
Pola pikir ajaran di luar PM yang terbiasa merasa cukup hanya dengan sekali mencapai prestasi, lalu pencapaian disahkan dalam dokumen terlegalisir yang akan dianggap sebagai pencapaian seumur hidup. Sayangnya spiritual murni tidak bergitu, menjaga kestabilan dan konsistensi akan pencapaian yang terukurlah yang akan memastikan terciptanya berbagai manfaat dari pemurnian jiwa.
Jadi kalau hasil evaluasi LoC yang baik hanya teridentifikasi 1x dalam 1 minggu, kemudian tidak dapat memastikan hasil yang stabil konsisten setiap hari selama beberapa bulan ke depan, jangan berbangga dan berpuas diri dulu, karena di sinilah gerbang perosotan kesadaran akan kembali terjadi.
Kemampuan meditasi informal menjadi sangat penting di lingkup ajaran Spiritual Murni SHD, karena tujuan ajaran ini untuk memurnikan jiwa. Tidak mungkin bergantung pada proses permunian yang terjadi ketika meditasi formal saja, kemudian ketika melek dan beraktivitas kembali menumpuk jejak sigel baru atau menebalkan sigel lama yang belum tuntas dibenahi.
Lalu kapan habisnya kalau prosentase Sigel yang ditabung lebih banyak ketimbang yang dilebur dalam satu hari? Hanya menunggu jatah boosting 1-2x seminggu melalui webinar mana bisa mengurangi sigel dengan signifikan apabila tidak dibarengi kesungguhan dan kerendahan hati meningkatkan kualitas hening dan memperbaiki sikap?
Membutuhkan modal kejujuran dan sikap ksatria untuk mencegah terbentuknya sikap antitesa ini. Ketika mendapatkan angka evaluasi LoC menjulang tanpa kita mengerti penyebabnya, rasa syukur sewajarnya dibuktikan melalui perilaku yang mencerminkan kerendahan hati dan kejujuran, bukannya malah menjadi abai, sombong, dan berilusi bahwa tidak perlu memperbaiki teknik hening dan meningkatkan kualitasnya.
Mendapatkan manfaat yang besar dari jatah boosting pun sepaket dengan tanggung jawab dan risiko. Ketika menyia-nyiakan momentum anugerah, maka risikonya kita akan mencipta lingkaran setan menunggu saatnya jatuh tempo.
Berani menanggung akibatnya?
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
16 September 2024