
Belajar ‘Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa Spiritual Murni SHD’ sekarang terbalik urutan prosesnya, beda 180 derajat dengan ketika saya pertama kali belajar pada tahun 2019. Dan, lucunya ketekunan latihan yang saya lakukan saat itu dianggap lain sendiri dan membingungkan bagi teman seperjalanan yang telah menjadi saksi hidup bagi pertumbuhan spiritual saya.
Dulu, cukup dengan latihan meditasi/hening sebanyak-banyaknya, maka pencapaian dan pertumbuhan spiritual akan bergulir dengan sendirinya. Kalau sekarang, latihan meditasi/hening yang banyak saja belum cukup sehingga wajib disertai dengan perubahan sikap, dan melatih akal yang sehat agar bekerja dengan optimal terlebih dahulu. Sehingga akan lebih mudah dalam berlatih ‘Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa Spiritual Murni SHD’.
‘Variabel Teknis Meditasi Pemurnian Jiwa’ menjadi sebuah syarat yang harus dipenuhi tidak ada toleransi lagi bagi pengabaian. ‘Karakter yang Selaras’ menjadi mutlak dibutuhkan apabila mau menjadi ahli bermeditasi/hening pemurnian jiwa.
Seminimnya memiliki variabel teknis berupa karakter yang selaras seperti ketulusan, kerendahan hati, kesungguhan, konsistensi, ketangguhan, dan integritas berapa pun kadarnya.
Jadi, apabila memiliki ketangguhan tetapi tidak tulus, maka ketulusannya harus diasah terlebih dahulu. Memiliki kesungguhan, tetapi mau tidak berendah hati, maka kerendahhatiannya harus diasah dulu. Memiliki konsitensi tetapi konsiten dalam mempertahankan hasrat egoistiknya, maka jelas ini merupakan konsistensi yang salah jalur dan perlu merevolusi sikap untuk melatih ketulusan.
Bermain-main dengan ajaran spiritual Agung ‘Spiritual Murni SHD’ memang tidak dianjurkan, karena ini sama dengan mempermainkan Hukum Semesta dan mempermainkan Tuhan yang selalu mencurahkan anugerah setiap saat kepada seluruh eksistensi di Jagat Raya.
Rumusan pencapaian pertumbuhan jiwa yang sederhana malah menjadi ‘Standar Langit’ karena dalam aplikasinya harus menurunkan standarisasi metode belajar. Yang tadinya seharusnya kualitas mental, karakter dan pola pikir bisa diselaraskan dengan meditasi/hening pemurnian jiwa, saat ini menjadi terbalik, yaitu harus mau tegas merevolusi sikap dan cara berpikir terlebih dahulu untuk kemudian memberikan dampak kepada kualitas meditasi/hening. Baru kemudian dengan kualitas meditasi/hening yang baik, tingkat kesadaran dapat ditingkatkan.
Pola pikir yang sudah kadung terlalu belibet kusut dan terdegradasi oleh koleksi ‘Sisi Gelap (shadows)’ yang terlalu pekat ternyata tidak mempan ‘disulap’ dengan ‘Tongkat Sihir’ walaupun selalu bolak-balik dibantu dengan ‘Boosting Energi SHD’ dan ‘Jatah Kasbon’.
Pikiran nakal dan hasrat egoistik yang bermunculan di keseharian harus distop dengan ketegasan. Tingkah polah yang sudah dipahami oleh akal budi merupakan tindakan tidak selaras, harus distop dengan ketegasan.
Saya cukup takjub bahwa dengan webinar seminggu dua kali dan banyaknya kegiatan bersama yang memberikan dampak secara energi, ternyata tidak bisa ‘mengangkat’ pencapaian spiritual para teman belajar. Yang ada malah makin ramai berdrama dalam ‘Perosotan Ular Tangga’.
Praktik Ajaran Spiritual Murni SHD berupa ‘Praktik Mindfulness’ melalui meditasi/hening pemurnian jiwa, tidak bisa hanya dilakukan atas dasar keterpaksaan akibat perlu memenuhi hasrat egoistik (I have to because I want something).
Tetapi, menjadi mutlak untuk menjalankan ‘Laku Meditasi/Hening Spiritual Murni SHD’ dengan totalitas atas dasar kemauan yang berlandaskan pengertian yang mendalam alias ‘Kesadaran’ (I want to because I understand), dan bukan hanya karena sekadar ‘Tahu dan Hafal’ teori saja.
Lagi-lagi kembali kepada ‘Ketepatan Niat dan Motivasi Belajar (clarity of purpose)’ yang perlu dipadankan dengan tujuan paling Agung ‘Ajaran Spiritual Murni SHD’. Apabila ketulusanmu sudah tercipta, maka akan menjadi motivasi atau daya dorong yang memudahkan proses belajarmu dalam meniti jalan keheningan Spiritual Murni SHD.
Jadi, bagi yang masih aja keras kepala memelihara niat belajar yang tidak selaras, silakan belajar dulu makna ketulusan dengan cara memperbanyak perbuatan baik yang bermanfaat bagi orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Setelah berkali-kali menurunkan standar pendidikan dan menambah mata pelajaran baru demi menunjang proses belajar yang selaras, maka mata pelajaran ‘Mengubah Sikap’ dan ‘Pembentukan Karakter’ menjadi tambahan menu baru (lagi) bagi Teknik Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa Vol. 2.5.
Membangun kesadaran kolektif yang murni tentu tidak semudah menggerakkan ritual yang bertujuan memenuhi hasrat egoistik. Membuktikan bahwa Spiritual Murni SHD memang bukan pepesan kosong.
Jadi, gimana? Masih tetap keras kepala mempertahankan niatmu yang tidak tulus itu? Masih mau bertahan dengan sikapmu yang tidak mau berendah hati?
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
19 Mei 2025
Reaksi Anda: