Skip to main content
Pijar Kesadaran

REFLEKSI DAN KECERDASAN EMOSI

9 July 2025 Ay Pieta No Comments

Rumusan membangun kecerdasan emosi pada tataran kesadaran murni, sudah pernah diberikan dalam tulisan berjudul ‘Kecerdasan Emosi atau Emotional Intelligence (EQ)’. Dalam arena kesadaran murni, mengasah kecerdasan emosi memang sesimpel rajin bermeditasi/hening pemurnian jiwa yang berdampak pada kebersihan lapisan kesadaran, dari jejak luka batin, trauma, innerchild, angkara, ilusi, dan dosa atau biasa disebut sebagai sisi gelap (shadows). Tetapi sebelum melangkah dalam arena kesadaran murni, ternyata membangun kecerdasan emosi (EQ) perlu dijajaki melalui metode yang lebih panjang kali lebar karena berkaitan erat dengan ‘Membangun Habitdan ‘Pembentukan Karakter.

Menurut para ahli, salah satu ciri sebuah kecerdasan emosional adalah kemampuan berefleksi dengan kualitas yang baik. Di sekolah kehidupan Persaudaraan Matahari, berefleksi dalam kondisi kesadaran yang jernih tanpa distorsi dan bias merupakan tolok ukur kualitas refleksi yang kontemplatif dan berkualitas paling baik. Refleksi diri paling efektif dilakukan dalam kondisi yang meditatif, sehingga tercipta perspektif hasil observasi yang netral, dengan seminim mungkin teracuni oleh sampah yang tersimpan di lapisan bawah sadar (subconscious mind) dan lapisan tidak sadar (unconscious mind). 

Kemampuan berefleksi perlu dilatih dengan intensi yang tepat, kerendahan hati, kesabaran, dan konsistensi dalam berproses. 

Akibat kerumitan pola pikir sebagai penyebab praktik meditasi/hening pemurnian jiwa menjadi brebet, maka PM memberikan beberapa solusi untuk meningkatkan ‘Self-awareness melalui praktik Mindfulness. Wujudnya berupa latihan berefleksi diri yang dituangkan dalam Tulisan atau Jurnal. Latihan untuk meningkatkan self-awareness dan mindfulness ini paralel dibarengi dengan berlatih meditasi/hening pemurnian jiwa, agar suatu hari dapat menjadi selalu aware, mindful, dan meditatif dalam kejernihan kesadaran sepanjang hari.

Berefleksi diri dimulai dengan hadirnya pemantik, baik berupa triggering event yang membangkitkan spektrum emosi, trauma, atau luka jiwa, maupun yang memantik sebuah penghayatan pembelajaran. Berefleksi diri bukan membuat rangkuman isi materi belajar, juga bukan curhat kegiatan seharian, tapi menuliskan hasil bercermin atas situasi diri, dari sebuah situasi yang memantik atau materi belajar. Apa yang menjadi catatan penting terhadap diri sendiri, apa yang ditemukan dalam diri ketika terpantik oleh materi belajar. Apa saja gejolak, ganjalan, keraguan, dan pola respons lainnya terhadap pemantik materi belajar. Apa yang mengena di hati, apa yang bertentangan, apa yang dieyelkan, dan apa yang dicocoklogi. Apa reaksi spontan yang muncul on the spot sebelum ditepis oleh teori benar salah dan baik buruk. Dan, akhirnya mendapatkan sebuah momen penyadaran dan pencerahan, atas upaya apa saja yang belum dilakukan dan apa yang perlu diperbaiki.

Misalnya, ketika membaca hasil sidak evaluasi, maka refleksi dilakukan untuk melatih kepekaan atau self-awareness terhadap diri sendiri. Dibarengi dengan bermeditasi/hening yang reflektif dan kontemplatif, akan meningkatkan kemampuan ‘Mengelola Diri (self-mastery)’, mengenal pola respons, pola emosi, pola perilaku dan pola gerak pikir, pola ngeles, pola tantrum, pola senggol-bacok, pola analitis, pola pembenaran, pola PMS , pola ilusi, pola pengabaian, pola ngeyel, pola cocoklogi, pola pencitraan, dan seterusnya. Ketika sadar bahwa ada keinginan untuk menunda melakukan hal yang sudah dimengerti harus dilakukan segera – namun dianggap tidak penting, maka inilah sikap natural yang perlu dicatat dalam jurnal, dan menjadi objek bagi perbaikan sikap. 

Mencatat dalam jurnal akan memperkuat kemampuan berefleksi, karena dengan mencatat akan memantik muscle memory untuk merekam dan mengelaborasi seluruh perangkat yang terkait. 



Latihan berefleksi akan membangkitkan
self-awareness yang tadinya tertimbun oleh sisi gelap (shadows). Membongkar kebudegan dan katarak psikologis melalui latihan berendah hati untuk berjujur diri atas sebuah reaksi natural, sebelum diabaikan dan ditepis dengan teori bijak. Ketika memilih untuk menunda terlalu lama, maka menjadi sulit untuk mengingat kembali apa yang terjadi secara natural on the spot, sehingga hasil refleksi hanya berupa kalimat yang tidak reflektif, penuh narasi hasil analitis yang tidak kontemplatif, atau malah mengarang indah sebagai syarat pengumpulan, agar tidak kena omel leader atau pamomong. 

Refleksi diri merupakan langkah untuk mengunjungi kembali, me-review kembali, dan mengkaji kembali apa yang telah terjadi pada diri ketika merespons sebuah triggering event

Dalam proses pembentukan karakter dan kesadaran murni, pihak yang tercolek atau ter-trigger, merupakan obyek utama yang wajib membereskan masalahnya terlebih dulu, sebelum sibuk menilai orang lain. Perkara orang lain benar atau salah, merupakan tanggung jawab orang tersebut untuk menjalankan proses bekerjanya hukum semesta. Refleksi yang dibarengi dengan meditasi/hening pemurnian jiwa, akan membantu agar tidak menambah jejak sampah dan dosa baru, yang akan menyakiti diri di masa kini dan masa depan akibat perilaku orang lain.

Latihan berefleksi diri tentu sangat bermanfaat bagi kesehatan mental dan tubuh fisik. ‘Sayangi Dirimu dengan membangun habit yang sehat konstruktif. Yaitu, dengan membiasakan diri untuk masuk ke dalam diri terlebih dahulu sebelum sibuk menganalisis pihak lain. Apabila lapisan kesadaran masih penuh sesak oleh sisi gelap (shadows) (ditandai oleh parameter angka Level of Consciousness yang belum surgawi), maka penilaian terhadap orang lain merupakan proyeksi sisi gelap (shadows) milik diri sendiri, bukan sudut pandang yang utuh dan netral. Oleh karena itu, untuk membangun kecerdasan emosimu: 

  1. Segeralah sadari pola responsmu
  2. Catat dalam jurnal
  3. Segera meditasi/hening pemurnian jiwa
  4. Validasikan hasil refleksimu kepada pembimbing yang dapat memberikan umpan balik melalui perspektif yang lebih jernih dan utuh.

Bagaimana dengan refleksimu, sudah membangkitkan kecerdasan emosimu belum?

“Take life consciously, you will live full of life.” ~ Pure Spirituality

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
9 Juli 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda