Skip to main content
Ajaran Pencerahan

Tantra, Tao, Zen, dan Suwung

19 January 2023 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

TANTRA, TAO, ZEN DAN SUWUNG
Jalan yang Sama dengan Nama Berbeda

Jalan spiritual yang sesungguhnya, apa pun namanya, mengarah kepada muara yang sama: kemenyatuan dengan Tuhan – dimengerti sebagai kekosongan absolut, keberadaan yang menjadi sumber dari segala yang ada, meliputi segala yang ada.  Kemenyatuan ini merealisasikan kualitas ilahiah pada setiap pejalan: kasih murni, kebijaksanaan, kebahagiaan, kebenaran.  Realitas kemenyatuan ini juga biasa dinyatakan sebagai pencerahan paripurna dan kesadaran murni.

Penanda penting dari tercapainya tataran kemenyatuan ini adalah tumbuhnya pengertian yang utuh, bahwa hakikat dari semua keberadaan ini adalah kekosongan absolut.  Puncak misteri itu adalah kekosongan absolut.  Tuhan sesungguhnya adalah kekosongan absolut.  Rahim yang memunculkan jagad raya dan seluruhnya ini adalah kekosongan absolut.

Seiring dengan tercapainya pengertian ini, jiwa mengalami transformasi: keakuannya luruh di dalam kekosongan absolut.  Jiwa menjadi realitas kekosongan absolut yang darinya memancar kekuatan penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan.

Inilah yang hendak dinyatakan oleh Tao dengan kosong tapi isi, isi tapi kosong.  Inilah puncak kesadaran dalam Zen.  Inilah misteri yang diungkap dalam Tantra.  Inilah juga tataran puncak dalam ajaran Suwung.

Jadi, Tantra, Tao, Zen dan Suwung tiada berbeda.  Ini yang saya mengerti lewat pengalaman otentik.  Saya tidak pernah belajar formal tentang semua tradisi itu, tapi lewat keheningan semua bisa dimengerti, saat kemenyatuan menjadi pengalaman otentik.   Jika dirujuk pada The Law of Universe, tataran seperti tentunya bisa dicapai oleh siapa pun yang telah punya bekal kesadaran murni dan akumulasi karma  baik dari kehidupan sebelumnya.  Ini hasil yang tidak ujug-ujug (tiba-tiba), tetapi merupakan buah dari perjalanan jiwa yang sangat panjang dalam menyelami keheningan.

 

Bagaimana mencapai kesadaran tentang kekosongan absolut? Bagaimana pula terjadi kemenyatuan dengan realitas puncak yang memunculkan Divine Quality secara paripurna?

Ada satu prakondisi yang mutlak: kemurnian jiwa dan luruhnya keakuan.  Ini adalah keadaan yang saling terkait dan berkelanjutan.  Kemurnian secara energi, emosi, persepsi dan karma, kemurnian pada lapisan tubuh fisik, tubuh astral, tubuh eterik dan tubuh cahaya, adalah prakondisi agar setiap diri terhubung penuh dengan Diri Sejati: Tuhan yang mempribadi di dalam diri.  Setelah itu, luruhnya keakuan yang ditandai dengan jernihnya tubuh spirit, membuat diri menyatu seutuhnya dengan Diri Sejati dan muaranya menyatu seutuhnya dengan kekosongan absolut.

Berdasarkan itu, bisa dinyatakan dengan tegas : bukanlah Tantra, Tao, Zen dan Suwung yang sesungguhnya jika tidak memastikan setiap pejalan mencapai luruhnya keakuan, dan tidak mungkin keakuan luruh tanpa didahului kemurnian jiwa.  Sungguh sia-sia siapa pun yang belajar Tantra, Tao, Zen maupun Suwung jika tidak mengalami transformasi total menjadi jiwa yang murni dan selanjutnya: sang aku luruh dalam kekosongan absolut. 

Semua ajaran spiritual ini bukan tentang memenuhi kepala dengan kata-kata yang terkesan indah, kata-kata yang seperti kebenaran padahal ilusi.  Ini bukan upaya rasional sebagaimana halnya yang dilakukan para praktisi filsafat spekulatif.  Tapi, ini juga bukan jalan supranatural yang didasari obsesi egois  yang membuat jiwa terjerat kuasa kegelapan.  Adalah ajaran Tantra, Tao, Zen dan Suwung yang palsu jika pejalannya malah terjerat kuasa kegelapan dalam segala bentuknya.

Bagaimana kita bisa mengetahui hal ini? Ini adalah pengetahuan tentang energi dan vibrasi.  Pejalan dari Tantra, Tao, Zen dan Suwung pasti memancarkan vibrasi yang sama: kasih murni, kebahagiaan, dan kedamaian sejati.  Mereka yang tercerahkan di semua jalan ini, bisa dideteksi dengan Rasa Sejati, tidak ada kuasa kegelapan yang menyusup di tubuh fisik, tubuh astral, tubuh eterik, maupun tubuh cahaya.  Semuanya jernih, murni.  Mereka yang tercerahkan jiwanya menjadi tirta kahuripan, energi kosmik yang paling murni.

Selamat merenungkan semuanya, di dalam keheningan yang penuh.

 

Setyo Hajar Dewantoro

Share:
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda