Jawabannya adalah TIDAK!!
Saya dulu pernah jadi orang yang sangat rasionalis, tidak pernah bersentuhan dengan realitas metafisika. Laku spiritual saya cuma sebatas sembahyang – yang kalo sedang klik bisa memberi rasa damai luar biasa. Dalam keadaan ini, saya jelas tidak kenal yang namanya dark force, khodam, prewangan. Secara energi tubuh saya relatif jernih. Meski tentu saja sangat belum terhubung dengan Diri Sejati.
Lalu, saya digerakkan untuk masuk ke “dunia spiritual”, saya jadi rajin meditasi tak hanya di rumah tapi juga di tempat-tempat yang dipandang sakral seperti makam, gua, hutan, gunung, candi, dan semacamnya. Lalu saya juga mulai belajar pada orang-orang yang saya anggap guru spiritual. Apakah kemudian saya jadi tercerahkan?
Ternyata TIDAK. Justru jiwa saya jadi jauh lebih keruh ketimbang semula. Sekalipun saya hanya berniat menemukan kesejatian, praktiknya saya malah terkontaminasi oleh beragam energi yang tak selaras. Ringkas cerita, badan saya dimasuki banyak entitas alam bawah yang masuk saat saya bermeditasi di berbagai tempat yang dianggap sakral, plus juga dijerat oleh entitas alam bawah yang berkolaborasi dengan orang-orang yang saya anggap sebagai guru spiritual.
Baca Juga: Apa issue spiritual yang paling rumit dan Anda belum dapat jawabannya?
Tentu saja, LoC dan capaian dimensi saya sebelum belajar dan sesudah belajar spiritual, jauh lebih rendah saat sesudah belajar spiritual. Saat saya masih rasionalis dan hanya rajin sembahyang, saya ada di dimensi 4. Setelah belajar spiritual tanpa mengerti energi yang dihadapi, saya terjun bebas ke dimensi 2. Lucunya, kadang-kadang saya yang ada di dimensi 2 ini merasa lumayan tercerahkan, merasa sebagai ahli spiritual, dan sering bisa menulis hal-hal yang bijaksana.
Secara faktual, apa bedanya kita jiwanya keruh karena terjerat oleh entitas alam bawah? Sejauh yang saya alami ada empat fenomena :
1. Emosi sering tak terkendali – kalau pas marah terasa ini bukan sekadar saya yang marah, ada energi lain yang marah dan bisa tak terkendali.
2. Sewaktu-waktu pikiran atau kesadaran saya bisa hang, kayak konslet.
3 Persepsi sering terdistorsi : tindakan yang salah sering diyakini benar; kebenaran jadi bias.
4. Ego jadi sangat tinggi, gampang tersinggung gampang baperan.
Saya mulai sadar akan masalah ini pada awal 2016, dan butuh 2 tahun untuk benar-benar menjernihkan jeratan entitas alam bawah ini. Tahun 2018 akhir benar-benar jernih dan saya mulai menemukan kehidupan sorgawi yang nyata.
Berdasarkan pengalaman otentik itu, plus kesadaran yang muncul dalam keadaan jiwa yang semakin terjernihkan lewat jalan keheningan, saya jadi sangat peka terhadap keberadaan para pelaku spiritual yang malah mengeruhkan jiwanya – dan umumnya mereka tak sadar itu. Saya juga sangat peka terhadap keberadaan guru-guru spiritual dan master energi yang dengan sadar dan tak sadar berkolaborasi dengan entitas alam bawah – dan murid mereka otomatis terjerat kuasa alam bawah itu. Para guru yang seperti ini, bisa menyebarkan energi yang menjerat itu lewat segala cara: tulisan di social media, video youtube, dan lewat pembelajaran tatap muka. Maka tak heran, banyak orang yang ikut pelatihan atau retreat meditasi malah jadi keruh jiwanya – meski sering mereka merasa dapat pencerahan karena entitas alam bawah ini bisa menciptakan pengalaman tercerahkan yang semu.
Baca Juga: Bagaimana Cara Menentukan Seseorang Itu Tercerahkan Atau Tidak?
Tapi tentu saja saya tak gegabah mengungkap hal ini. Ya biarkan saja setiap orang dengan pilihannya. Masing-masing memang punya jalan pembelajaran sendiri. Hanya kepada orang yang sungguh-sungguh mau belajar kepada saya, saya buka realitas ini itupun bukan dengan indoktrinasi. Saya ajak mereka gunakan rasa sejatinya untuk mendeteksi energi orang-orang yang dianggap sebagai guru spiritual.
Untuk tercerahkan para pelaku meditasi atau pembelajar spiritual mesti memenuhi persyaratan ini:
1. Tulus, tanpa obsesi dan niat tersembunyi.
2. Tekniknya benar, membuat terhubung pada keilahian di dalam diri.
3. Jika punya Guru Spiritual, pastikan sang guru murni jiwanya dan tercerahkan.
4. Jika bermeditasi ditempat yang dianggap sakral pastikan itu mandala yang murni dan bermeditasi di sana dengan ketulusan.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Ini menjawab pertanyaan mengapa orang-orang yang menjalani laku spiritual bahkan ada yang sudah jadi guru spiritual saat bertanya ke saya, saya sebut capaian dimensinya rendah.
-SHD-
Reaksi Anda: