Skip to main content
Kesadaran KristusSetyo Hajar DewantoroSpiritualWedaran

Jangan Sia-Siakan Anugerah

18 February 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Kasih murni adalah buah dari keterhubungan kita dengan Sang Roh Kudus atau realitas Ilahi yang bersemayam di dalam diri. Keterhubungan ini tidak akan muncul jika kita terlalu sering ada di dalam gejolak pikiran sendiri, sibuk dengan asumsi atau prasangka sendiri. Keterhubungan ini hanya muncul jika kita konsisten/tekun menjadikan aliran napas sebagai jembatan untuk ada di dalam keheningan.

Di dalam ajaran kesadaran Kristus, yang penting bagi seseorang bukan banyaknya pengetahuan, konsep spiritual, atau kemampuan dalam berakrobat secara filosofis. Yang penting, secara nyata dan otentik, setiap gerak pikiran, kata-kata, dan tindakan ada di dalam ketulusan. Ketulusan tidak bisa muncul pada mereka yang hidup penuh prasangka dan mengedepankan ego. Selama seseorang masih membiarkan pikirannya bergejolak sehingga tidak menyelami momen kekinian, maka memberi ruang keangkaramurkaan untuk tumbuh. Watak ke-aku-an menguat dan pada saat itu tidak ada ketulusan paripurna. Tanpa ketulusan, tidak ada kasih murni. Sementara yang menjadi penyelamat bagi hidup kita adalah kasih murni dan ketulusan, bukan pengetahuan spiritual.

Jangan pernah sia-siakan segala anugerah yang terlimpah bagi Anda. Anda sudah banyak belajar tentang konsep kasih murni dan keheningan, bahkan mampu berkomunikasi langsung dengan para jiwa agung. Saya tegaskan, jangan sampai Anda menyia-nyiakan ini semua hanya dengan menjadikannya sebagai pengetahuan di kepala. Sementara lupa memastikan diri kita ada dalam ketulusan dan kasih murni yang konsisten.

Ini adalah momentum bagi semuanya untuk betul-betul mengevaluasi diri, sejauh mana buah dari pembelajaran spiritual. Kita harus jujur kepada diri sendiri dalam membaca hasil dari pembelajaran ini. Silakan dievaluasi berdasarkan parameter yang disampaikan. Seberapa sering Anda masih lepas kendali: terjebak di dalam amarah, kekesalan, kekecewaan, dan merasa diri tidak berguna. Jika Anda masih sering mengalami hal ini berarti Anda baru belajar tentang konsep kasih murni dan keheningan, belum betul-betul meresap di dalam kesadaran Anda. Jika itu terjadi, Anda harus betul-betul merevolusi diri dan menyederhanakan segala sesuatunya. Jangan sampai keberatan pengetahuan sehingga terbebani dan lupa menjalankannya.

Jika ingin disederhanakan begini: ke-aku-an pasti luruh di dalam keheningan. Saat kita konsisten menikmati setiap tarikan dan embusan napas, menyadari bahwa hidup yang nyata pada saat ini dan di sini sebetulnya bukan milik kita. Hidup hanyalah anugerah. Tanpa anugerah dari Tuhan, tidak ada hidup yang kita jalani. Segala daya hidup yang mengalir di dalam diri ini sepenuhnya anugerah dari Tuhan. Saat kita mensyukuri itu semua secara konsisten, maka yang ada di dalam kesadaran kita adalah keagungan Tuhan itu sendiri, bukan “aku”-nya kita.

Kita semua adalah manifestasi dari Tuhan atau Sang Sumber. Sang Sumber dalam realitasnya sebagai kekosongan absolut yang kemudian mengejawantah sebagai cahaya atau energi yang paling murni itu adalah intisari dari keberadaan kita. Tetapi, jangan sampai punya persepsi kita itu identik atau sama persis dengan Tuhan. Kita adalah entitas atau jiwa yang masing-masingnya itu unik, berbeda, dan punya benih keilahian. Namun, kita bukanlah Tuhan. Kita justru ada dalam proses untuk terus berevolusi agar kualitas ketuhanan dalam diri kita tumbuh paripurna.

Tantangan utamanya kita punya pikiran. Pikiran itulah yang membentuk ego atau ke-aku-an. Pikiran menjadi liar jika kita tidak ada dalam keheningan: ketika tidak menyadari anugerah yang nyata saat ini dan di sini, ketika pikiran berkelana dengan segala asumsi dan praduganya. Pada titik itulah ego dikuatkan sehingga penderitaan akan muncul pada setiap diri manusia.

Kesadaran Kristus mengajak kita merasakan dengan betul kebahagiaan surgawi pada saat ini dan di sini. Ini hanya bisa dirasakan oleh siapa pun yang konsisten tenggelam di dalam keheningan dan terhubung kepada Roh Kudus, melampaui ke-aku-an. Hanya hidup di dalam kasih murni dan ketulusan yang paripurna. Manifestasi ketulusan dalam sikap keseharian adalah tidak mengedepankan penargetan dan keinginan egoistik.

Bagaimana kita mengerti bahwa tindakan kita didasari oleh ketulusan?

Hal ini bisa dimengerti melalui tindakan kita kepada orang lain. Seseorang yang tulus tidak pernah memaksa siapa pun untuk bertindak sesuai dengan ego kita. Sekali seseorang terjebak egonya agar bertindak seperti keinginan pribadi, di situlah awal mula dari penderitaan. Ketulusan dalam hal ini berarti kita hanya bersiap dan menerima siapa pun untuk hidup di jalan agungnya untuk mengikuti apa pun yang menjadi titah dari Diri Sejatinya.

Silakan Anda cermati dengan siapa Anda dekat dan evaluasi bagaimana pola relasi Anda. Apakah Anda ada dalam ketulusan atau Anda terjebak di dalam pemaksaan keinginan egoistik yang dilabeli sebagai cinta, kasih, sayang atau yang lainnya. Yang pasti, di dalam cinta, kasih, sayang yang murni itu tidak ada penderitaan. Sekali Anda menderita gara-gara semua ini, maka masalahnya ada dalam diri kita sendiri yang tidak mengerti bagaimana mencintai, mengasihi, dan menyayangi dengan tulus dan murni. Tentu saja ini butuh latihan yang terus menerus. Tetapi satu hal, selama Anda mengerti bahwa kita-lah yang selalu punya kuasa untuk tenggelam di dalam keheningan dan tidak terjebak dalam dinamika atau gejolak diri. Pengertian ini pasti akan memudahkan kita untuk melampaui tantangan-tantangan yang dimaksudkan.

Kesadaran Kristus sewajarnya kita mengerti dengan cara bersahaja dan kita terapkan di dalam keseharian. Dan, itu menjadi penanda bahwa kita betul-betul penekun di jalan keheningan. Selama kita masih sering ada dalam gejolak secara emosional atau pikiran, juga penderitaan yang kita ciptakan sendiri, sebetulnya kita menyia-nyiakan segala anugerah yang nyata. Kita mestinya mawas diri. Jangan sampai kita tahu banyak konsep, tetapi tidak bisa menerapkannya secara konsisten.

 

Kajian Mahadaya The Christ Consciousness
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Surabaya, 11 Februari 2021

Share:
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda