Skip to main content
MeditasiSpiritualTantraWedaran

Logika Tantra

17 January 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Tantra itu bukan kanan dan bukan kiri, lalu sebenarnya apakah Tantra itu?

Konon katanya, ada yang menjelaskan bahwa Tantra memiliki dua jalan, yakni jalan kiri dan kanan. Jika ada yang mau mengambil jalan kiri artinya jalan yang menggoda. Maksudnya makan ikan sepuas-puasnya, makan daging sepuas-puasnya, menari sampai ekstase, bahkan seks sepuas-puasnya. Jalan kanan adalah kebalikannya. Maksudnya selibat, jauhi seks, menjadi vegetarian, dan seterusnya. Padahal keduanya tidak berpengaruh pada apa yang menjadi tujuan Tantra.

Misalnya, Anda mabuk-mabukan sepuasnya. Pada suatu malam, Anda meminum wiski, vodka, wine, yang dijadikan satu. Anda menjadi tercerahkan atau malah keblinger? Bisakah Anda tercerahkan dengan cara seperti itu? Saya belum pernah menemukannya. Tidak ada korelasi antara Anda bermabuk dengan kemurnian jiwa. Anda memang akan terpuaskan pada saat itu, jenuh, dan bosan pada satu hal itu. Tetapi, suatu kali pasti Anda ingin melakukannya lagi. Tidak logis jika dikaitkan dengan pemuasan nafsu, lalu Anda bisa tercerahkan.

Sri Kertanegara adalah salah satu jiwa yang murni dan tercerahkan. Beliau termasuk seorang raja yang agung atau seorang Satria Pinandhita. Jika jiwa ini murni, logiskah jika dikaitkan dengan praktisi Tantra Pangiwo (kiri)? Tidak mungkin! Jika menerapkan itu semua, pasti beliau tidak akan mencapai titik kemurniannya.

Jika Anda mengikuti Tantra Panengen (kanan), sama saja, apakah ada jaminan tercerahkan? Rata-rata para vegetarian itu menggunakan ilusi. Mereka beralasan tidak mau membunuh sehingga tidak memakan daging. Jika Anda tidak mau membunuh, Anda tidak perlu makan tanaman. Makan batu saja. Tanaman pun memiliki jiwa pula. Mereka juga bisa diajak berbicara. Hanya saja Anda tidak mendengar jeritannya, berbeda dengan saat Anda menyembelih ayam, kambing, atau sapi.

Jika Anda melakukan segala sesuatunya menggunakan ilusi, sama saja, Anda tidak akan tercerahkan. Saat Anda tidak menjadi pemabuk pun, apakah Anda pasti akan tercerahkan? Tidaklah, tidak ada hubungan yang signifikan. Banyak variabel untuk mencapai pencerahan.

Menyelami workshop tantra ini, sebenarnya saya mengajak Anda semua agar tidak terjebak pada label. Jika Anda ditanya, “Apakah Anda muslim atau seorang Hindu atau Budha?”

Saat Anda dalam kondisi yang hening dan kesadaran penuh, Anda pasti akan menjawab, “Saya adalah pejalan keheningan. Mau dilabeli apa pun, terserah.”

Misalnya, kata “muslim“, artinya orang yang taslim, berserah diri, surrender, kepada Tuhan yang nyata, yang bersemayam di dalam diri. Inilah makna muslim. Saat yang bersamaan, apakah sama pengertian antara muslim sejati, Tao sejati, dan Tantrik sejati? Sama saja, tidak ada bedanya. Agama hanyalah pelembagaan dari ajaran ketuhanan. Namun, yang paling penting adalah esensi dari ajaran ketuhanan yang kita jalankan dalam keseharian. Terserah jika orang lain menyebut agama Anda apa. KTP hanya persoalan taktis, ‘kan?

 

Workshop Mahadaya Tantra Yoga
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Yogyakarta, 3 Januari 2021

Share:
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda