Umejero, Singaraja Bali. 8 Februari 2019
Proses evolusi yang dijalani jiwa manusia, termasuk kejelasan dari mana asal muasal keberadaannya, menentukan karakter dan tingkat kesadaran mereka pada kehidupan terkini.
Mereka yang pada mulanya adalah penghuni dimensi kasanghyangan/kadewatan, memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mendalami spiritualitas yang berorientasi pada pemurnian jiwa. Sebaliknya, manusia dengan jiwa perdana berada pada level kesadaran yang rendah (baik hasil evolusi dari manusia purba, alien maupun dermo menungsa) memang cenderung lebih sulit untuk menekuni spiritualitas yang esensial seperti itu. . . .
Namun, berita gembiranya, setiap jiwa dari mana pun berasal, digerakkan untuk untuk meniti satu proses evolusi menuju kesempurnaan. Tujuan evolusi semua jiwa adalah keadaan saat sang Jiwa bisa masuk pada kesadaran kemenyatuan yang utuh dengan Sang Sumber Kehidupan.
Memang sesungguhnya, esensi setiap diri dan jiwa adalah Realitas Ilahi. Tuhan ada sebagai esensi dari segenap keberadaan, bagaimanapun tingkat kesadarannya. Yang membedakan hanyalah tingkat potensi dan realisasi terhadap karakter keilahian, ada yang minimalis dan ada yang maksimalis. Perjalanan spiritual adalah perjalanan untuk melampaui semua tabir yang membuat realitas keilahian ini “tertutup”. . . .
Reaksi Anda: