1. Ada Batas Waktu untuk Tubuhmu
Pesan dari Astronomy Clock di Praha: “Tapi disini, di planet ini, monumen harus selalu ada. Sebagai pengingat bagi umat manusia, berapa lama raga manusia akan tersedia sebagai wadah tempat tinggal sang jiwa, sebagai kuil suci bagi sang jiwa.””
(Sang Penjaga Waktu)
2. Tubuh Adalah Kendaraan bagi Jiwa
Jiwa terlahir di bumi untuk melanjutkan proses evolusinya. Hidup di bumi adalah kesempatan untuk belajar agar jiwa bertransformasi menjadi jiwa ilahi. Tubuh ini adalah kendaraan bagi sang jiwa untuk memenuhi tujuan agungnya. Maka janganlah engkau bawa kendaraan ini ke arah berbeda yang berdampak sesal bagimu. Jangan juga engkau rusak kendaraanmu, rawatlah dengan semestinya, agar ia selalu bisa menopang tujuan agungmu.
3. Tubuh Adalah Sahabat Bukan Musuh
Karena tubuh adalah kendaraan bagi jiwa, maka jadikan ia sebagai sahabat bukan musuh. Sadari bahwa badan punya hasrat murni, punya dorongan natural, punya kebutuhan yang harus dipenuhi. Jangan menganggap badan dengan segala hasrat murninya adalah penghalang dalam mencapai tujuan agung sang jiwa. Yang sering menjadi sumber masalah adalah egomu, pikiran liarmu, yang menunggangi hasrat tubuh. Itu yang harus dikelola. Bukan malah menyalahkan tubuh yang tidak pernah menuntut berlebih.
4. Tubuh Adalah Kuil Suci
Di relung hatimu, ada sanctum, tempat bertahtanya Sang Diri Sejati: penuntun agung dan sumber kasih murni, Tuhan yang mempribadi di dalam diri. Maka sesungguhnya tubuh adalah kuil suci. Sadarilah keberadaan Tuhan yang nyata yang menjadi esensi diri dan meliputi diri. Pastikan hanya ada pikiran murni serta kata-kata dan tindakan yang benar berlandaskan kasih. Pastikan cahaya kesadaran menerangi tubuh sepenuhnya. Semua sel pastikanlah serempak selaras ada dalam bahagia. Kunci dari semuanya adalah hening sepanjang waktu.
5. Selaraskan Jiwa, Pikiran dan Tubuh
Tubuh dan pikiran adalah alat bagi sang jiwa saat menjalani hidup di Bumi. Pikiran yang jalan sendirian (baca: mengedepankan ego) akan meghancurkan tubuh dan menghambat evolusi jiwa. Maka seyogyanya pikiran dikekola, diselaraskan dengan hasrat murni sang jiwa, tunduk patuh kepada titah Diri Sejati yang bertahta di pusat hati. Hanya dengan begitu tubuh jadi selaras. Lagi-lagi kuncinya adalah hening yang sungguh-sungguh. Bukan cuma ngomongin “mind, body, soul”. Pengubah realitas adalah aksi dalam hening!
6. Tak Perlu Menyiksa Tubuh
Saya tidak merokomendasikan tindakan yang melawan hasrat murni tubuh. Ajaran saya sederhana: saat lapar ya makan, saat haus ya minum, saat ngantuk ya tidur, penuh semuanya dalam kewajaran sesuai petunjuk Gusti. Tak petlu lakukan tindakan ekstrim yang tak sesuai dengan watak alami tubuh, misal sampai tak makam minum tidur berhari-hari agar tercerahkan. Apalagi melakukannya dengan hasrat egoistik, memaksakan ingin tercerahkan atau jadi sakti. Yang bermasalah itu bukan hasrat tubuh tapi pikiran liar. Kuncinya bukan “menahan nafsu apalagi mematikan nafsu” tapi hening sungguh-sungguh agar pikiran jernih dan nafsu jadi selaras.
7. Jadikan Tubuhmu Surgawi
Jadikan kendaraan jiwamu merasakan keadaan surgawi sebagaimana jiwa mengalaminya dalam keadaannya yang paling murni. Murnikan jiwa raga lewat keheningan, maka tubuhmu jadi surgawi: bahagia, sehat, segar. Itulah dasar dari hidup surgawi.
Reaksi Anda:
