Skip to main content
Refleksi

Change is Inevitable

4 April 2025 Ay Pieta No Comments

Sebagai makhluk hidup dengan privilege (keistimewaan) memiliki free will, manusia bisa memilih apakah mau menciptakan perubahan yang baik atau sebaliknya. Dan, bisa memilih apakah mau menyikapi gerak perubahan dengan sikap yang tepat atau sebaliknya. Perubahan adalah bagian dari gerak Semesta, jalannya kehidupan adalah gerak perubahan itu sendiri. Setiap saat pasti ada saja gerak perubahan, baik di dalam diri maupun di luar diri. Bahkan, benda mati pun bisa berubah; bisa menjadi rusak, usang, lapuk, dan sebaliknya.

Spiritual Murni SHD merupakan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar terjadi perubahan yang sehat dan konstruktif bagi mental jiwa raga, yang disebut sebagai transformasi dan evolusi, lengkap dengan cara mengelola perubahan a.k.a. management of change.

Yang tadinya penuh kotoran mental jiwa raga dibersihkan dan terjadi proses perubahan menjadi kinclong. Yang tadinya hidup dalam roda samsara, maka diajarkan bagaimana menciptakan perubahan agar hidup terbebas dari roda samsara, dan seterusnya. Dari semua mata pelajaran dasar Spiritual Murni SHD, sebenarnya berupa ajaran dan ajakan untuk melakukan perubahan pada diri. Di antaranya, perubahan pola pikir, perubahan karakter, perubahan pola hidup, hingga menjadi pencipta perubahan yang bermanfaat, baik bagi diri maupun lingkungan.

Proses perubahan pun punya tata kelola/manajemen yang spesifik. Dalam Manajemen Matahari disebut dengan Manajemen Perubahan (Management of Change). Teori dasarnya sama persis, baik bagi perorangan, kelompok, organisasi maupun bisnis, yaitu,

  1. Tahap Persiapan (Prepare)
    Ketika memutuskan untuk belajar Spiritual Murni SHD tentu butuh persiapan. Bersiap diri untuk menerima ilmu pengetahuan baru yang berbeda, bersiap mengubah pola pikir, mengubah cara meditasi/hening, mengubah sikap, mengubah gaya hidup, mengubah kebiasaan lama yang tidak konstruktif, dan seterusnya. Dalam lingkungan pembelajaran Spiritual Murni SHD, tahap ini adalah tahap yang paling panjang dan dramatis dalam sejarah Manajemen Perubahan. Kebutuhan manusia yang kompleks dan tidak sepadan dengan tujuan (goals) dari Ajaran Spiritual Murni SHD menyebabkan proses persiapan yang (ternyata) membuat tahap kedua sulit dicapai.

  2. Tahap Pengelolaan (Manage)
    Bagi yang telah berhasil memasuki tahap kedua, akan ditemukan drama berseri baru yang tidak kalah panjangnya. Banyak sekali yang mudah melempem ketika harus terus-menerus meningkatkan performa meditasi/hening pemurnian jiwanya, dan beradaptasi dengan dinamika perubahan serta tantangan yang tiada henti. Sehingga ketika hasilnya tidak kunjung hadir sesuai harapan, lalu terjadilah dengan drama ngambek, drama kabur, drama keluar dari komunitas, dan sebagainya.
  3. Tahap Mempertahankan (Sustain)
    Tahap ketiga adalah yang paling menantang dan sulit karena membutuhkan konsistensi, Self Discipline dan ‘Integritas untuk mempertahankan hasil perubahan, sebagai habit/budaya/gaya hidup yang baru. Meningkatkan performa meditasi/hening pemurnian jiwa adalah satu hal, menjaga konsistensi adalah seribu hal lainnya. Mencapai prestasi yang baik adalah satu hal, mempertahankan kestabilan dan konsistensi adalah 1000 hal lainnya.

Ketika performa sudah ditingkatkan; jumlah meditasi bertambah banyak, mengerti cara menyikapi ketika sisi gelap (shadows) naik ke permukaan, ternyata ada hal lain lagi yang sering terlewat dan tidak diperhatikan, yaitu kualitas dan stabilitas dari peningkatan performa. 

Seringkali peningkatan hanya dilakukan untuk memenuhi syarat yang diminta saja, memenuhi jumlah yang banyak tanpa memperdulikan kualitasnya. Yang penting memejamkan mata, setel audio, tanpa kesungguhan, tanpa penghayatan dan tidak peduli apakah peningkatan jumlah itu memberikan dampak terhadap pemurnian mental jiwa raga atau tidak.

Banyak sekali yang melakukan peningkatan performa dengan keterpaksaan – bukan dengan pemahaman, dilakukan dengan mode bertahan (endure), tidak dinikmati dengan ‘Sukacita (joy)’, tidak dihayati, tidak dibarengi rasa syukur, dan tidak paham tujuan Agung (great purpose). 

Peningkatan performa dilakukan hanya untuk memenuhi syarat saja karena takut kehilangan manfaat, sehingga terasa melelahkan dan tidak berujung. Sehingga, ketika terjadi sebuah peningkatan yang signifikan, kemudian merasa sudah selesai, merasa sudah cukup, merasa perlu ‘libur’ setelah melakukan tugas super berat yang melelahkan dengan alasan perlu melakukan relaksasi sejenak.

Lho, bukannya bermeditasi/hening dimulai ketika kita rileks? Kok malah mau rileks dan istirahat dengan tidak bermeditasi/hening?

(syntax error unexpected end of file)

Spiritual Murni SHD mencakup tata kelola bagi perubahan, karena tidak hanya berfokus pada “apa yang perlu diubah” saja, tetapi lebih menekankan kepada “bagaimana cara mengubah dengan kualitas yang memadai”. Apabila mempraktikan ajaran dengan tepat, maka Spiritual Murni SHD tidak hanya memastikan terjadinya gerak maju perubahan yang selaras saja, tetapi memastikan hasilnya stabil dan bertahan lama dalam jangka waktu yang panjang.

Belajar Spiritual Murni SHD memang seperti belajar ilmu manajemen berikut dengan kerangka kerja (framework) dan peta perjalanan yang membantu menavigasi perubahan yang selaras dengan gerak Semesta. 

Change is inevitable, gerak perubahan tidak bisa dihindari – tinggal memilih apakah mau dengan kesadaran menavigasi perubahan mengikuti arah kompas yang tepat atau mau menunggu Hukum Semesta memaksamu untuk melakukan perubahan.

Spiritual Murni SHD is something that we have to experienced rather than endure. Belajar Spiritual Murni SHD sebaiknya dihayati dan dinikmati melalui pengalaman yang otentik, bukan hanya dengan mode bertahan.

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
4 April 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda