Skip to main content
Refleksi

Happiness is a State of Mind

17 December 2024 Ay Pieta No Comments

“Happiness is a state of mind”. 

Dulu saya percaya maksimal dengan kalimat bijak ini dan menjadi salah satu pedoman bagi hidup. Maklumlah, saya dulu memang penggemar kalimat bijak, dan semua kalimat bijak yang dianggap sepadan dengan logika, pasti dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan.

Sebagai manusia yang belum tahu cara meditasi yang tepat, tentu saya belum kenal apa itu bahagia sejati (true happiness), bahkan tidak tahu kalau bahagia sejati itu ada dan nyata. Saya hanya tahu rasa senang yang disebut bahagia (happiness) yaitu ketika apa yang saya mau dan idealisme terpenuhi. Dan, selama dapat mensugesti pikiran dengan berbagai kalimat bijak yang saya butuhkan saat itu, maka saya bisa meredakan rasa tidak bersyukur dan seolah-olah telah mengubah mood atau suasana hati menjadi lebih baik, lebih senang dan lebih bahagia.

Para pencipta kalimat bijak ini pasti mengalami hal yang sama dengan apa yang saya alami dulu. Hanya mengerti sebatas pengalaman pribadi sebagai manusia dengan tingkat kesadarannya masing-masing. Sebelum mengenal Ajaran Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD), manalah saya tahu ada yang bernama tingkat kesadaran dan mempengaruhi sudut pandang manusia dalam menghayati sesuatu. 

Saat ini dengan tingkat kesadaran sekian, ketika saya membaca kalimat bijak ini tertera dalam sebuah buku bertema human development yang cukup terkenal, ternyata saya mampu menangkap makna kalimat ini dengan beberapa pengertian. Saya mencoba berefleksi akan pengertian kalimat bijak ini pada zaman dahulu kala versus saat ini, dan menemukan gap pengertian antara arti kata mindsebagai ‘pikiran’ dengan mindsebagai ‘kesadaran’. Kalimat bijak tersebut bisa dimengerti dalam dua kategori pengertian, sesuai dengan pemahaman atas arti kata mindyang dipengaruhi perbedaan tingkat kesadaran yang saya miliki.

Dalam kacamata Ajaran SMSHD, pikiran dan kesadaran dimengerti sebagai dua produk yang berbeda. Pengertiannya seperti beda tipis dan sangat mirip karena keduanya merupakan fungsi organ otak yang selama ini dianggap sama. Penggunaan kata ‘mind’ dalam berbagai konteks kalimat memang banyak yang disama-ratakan dan kemudian diterjemahkan kembali sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kognisi masing-masing pembacanya.

Terus terang saya belum pernah terpantik menyelami perbedaan pengertian ini sebelumnya. Namun, setelah berefleksi dan memvalidasi beberapa pemahaman kata tersebut dengan Guru SHD, ditemukan perbedaan makna ‘pikiran’ dan ‘kesadaran’ atas kata mind.

Berikut ini makna ‘pikiran’ dan ‘kesadaran’ yang mendasari perbedaan pengertian kalimat bijak tersebut.

PIKIRAN
Merupakan produk berupa hipotesis atau kesimpulan, hasil proses berpikir yang mendayaguna fungsi otak seperti fungsi memori untuk menghafal, fungsi imajinasi untuk membayangkan, serta fungsi analisa untuk mengkalkulasi, menimbang, membandingkan, dan seterusnya. Pendidikan akademik mengharuskan setiap murid untuk menghafal dan membuahkan prestasi nilai akademik yang baik atau dianggap mengerti apabila berhasil menghafal sebuah teori. 

KESADARAN
Adalah sebuah produk berupa pengertian yang tumbuh, hasil dari mengalami atau menyaksikan, fungsi observasi atau fungsi penyadaran-lah yang bekerja pada organ otak. Dengan mengamati, maka akan tumbuh pengertian sehingga tercipta sebuah kesadaran.

Dengan menuliskan artikel ini, saya baru menyadari bahwa semua hal yang menjadi poros kehidupan manusia ternyata bermula dari mind‘, baik dalam konteks ‘kesadaran’ maupun ‘pikiran’. Kedua pengertian itu sama-sama berada pada organ canggih bernama otak. Identitas diri, hasrat ego, pusat komando perintah kerja bagi seluruh fungsi tubuh, pusat syaraf, pusat kelenjar, pusat kendali, pusat kesadaran, pusat kecerdasan, dan pusat lainnya. 

Maka dari itu, menjadi sangat logis bahwa dalam bermeditasi SMSHD, kita semua dilatih untuk memperbaiki cara kerja fungsi otak. Mengoptimalkan fungsi pikiran, yaitu fungsi observasi, yang akan mencipta sebuah kesadaran dan kemudian berkolaborasi dengan perangkat kecerdasan manusia lainnya sehingga membentuk sebuah kecerdasan.

Dikala belum bisa bermeditasi metode SMSHD dan belum mengenal apa itu ‘kesadaran’, pengertian kalimat bijak ini hanya mentok sebagai hasil sebatas kemampuan membayangkan objek yang dipercaya akan menimbulkan manfaat tertentu, atau keahlian dalam mensugesti pikiran melalui fungsi memori dan imajinasi, atau bisa juga sebuah kemampuan berkhayal sesuatu yang indah sesuai kebutuhan Sang Ego atau idealisme, sehingga tercapai sebuah kesenangan (happiness).

Tetapi, setelah saya menjadi ahli bermeditasi dan mengerti tentang ‘kesadaran’ , maka kata mind tidak lagi saya pahami sebatas arti kata ‘pikiran’, tetapi lebih dalam lagi saya pahami sebagai ‘kesadaran’. 

Oleh sebab itu, kondisi senang atau bahagia (happiness) yang dimaksud bukan diciptakan melalui kemampuan berkhayal yang indah sesuai idealisme, bukan pula dicapai dengan keahlian bersugesti, juga bukan mengandalkan keahlian berimajinasi atau membayangkan objek yang dipercaya akan menimbulkan rasa senang dan bahagia, dan tentu bukan melalui kemampuan berafirmasi yang dianggap bisa mengubah program pada lapisan bawah sadar, dan sebagainya.

Kalimat bijak ini menjadi relevan dengan pengertian lebih dalam sesuai Ajaran SMSHD, yaitu ketika bermeditasi metode SMSHD, maka manusia akan mampu mengelola seluruh fungsi pikiran dengan mengaktifkan fungsi observasi dan perenungan secara optimal sehingga membuat state of mind (kesadaran)’ menjadi selaras dan diliputi sukacita, diliputi kebahagiaan sejati (true happiness).

Dengan menjaga kestabilan kesadaran dalam kondisi yang meditatif, maka proses pemurnian jiwa raga akan terus berjalan, kemurnian jiwa raga terjaga, dan mencegah terciptanya sampah pada pikiran yang akan melahirkan sisi gelap baru, sehingga apa pun situasi dan dinamika kehidupan tetap diliputi sukacita dan rasa syukur yang tulus.

Akhirnya, saya berdamai dengan mantan kalimat bijak andalan ini, karena menemukan relevansi sesuai dengan tingkat kesadaran yang saya miliki saat ini. Saya memaklumi siapa pun yang belum mengerti sudut pandang ini karena belum pernah menyaksikan dan mengalami.

Maka, latihanlah meditasi metode SMSHD dengan ketekunan dan kesungguhan supaya bisa memberikan testimoni jujur terhadap pengalaman yang saya bagikan ini. Saya dengan sabar menanti siapa pun untuk dapat turut menyaksikan dan mengalami true happiness is a state of mind (kesadaran)’.

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
17 Desember 2024

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda