Ilmu langitan memang seru dan keren. Rasanya seperti berpetualang dalam zona misteri yang sulit dijangkau oleh panca indera, meningkatkan rasa penasaran dan ketertarikan akan sesuatu yang belum terbayangkan sebelumnya dan kemudian akan membawa pada khayalan indah sebatas kemampuan kognitif setiap manusia. Dalam dunia spiritual pada umumnya memang inilah yang lazim terjadi.
Dunia Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD) yang bersifat holistik, tidak mungkin hanya sampai di situ saja. Ilmu langitan tidak mungkin hanya dihafal dan dicocoklogi dengan pengetahuan lain yang dianggap mirip atau sejalan sebagai pelengkap koleksi perpustakaan mini di kepala. Keahlian menghafal menjadi sia-sia tanpa arti kalau hanya disimpan sebagai bahan berimajinasi indah saja tanpa mengerti bagaimana menterjemahkan ke dalam sebuah perilaku di keseharian.
Pelajaran tentang jiwa dan Jagat Raya memang wow banget. Banyak yang bisa menghafal isi berbagai buku dari banyak pengetahuan, termasuk teori Ajaran SMSHD. Tetapi, giliran menjalankan hidup di keseharian tetap saja isi kepala penuh dengan prasangka buruk, penuh kesombongan, dan beragam isu mental lainnya. Seberapa pun banyaknya yang bisa dihafal dan diceritakan kembali, tetap saja menjalankan hidup dengan penuh drama roda samsara, jauh dari berysukur dan sukacita.
Meditasi/hening SMSHD bukan tentang berapa lama seseorang duduk diam memejamkan mata, lalu mengucap harapan dan keinginan yang diulang-ulang, tapi tentang bagaimana caramu menikmati nafas naturalmu sepanjang durasi meditasi/hening.
Apakah meditasi/heningmu dilakukan dengan tulus dan benar-benar menghayati nafas naturalmu? Apakah meditasi/heningmu dilakukan dengan kesungguhan dan kepasrahan? Apakah dirimu menikmati meditasi/heningmu? Apakah meditasi/heningmu benar-benar berdampak kepada kemurnian jiwamu? Apakah pernah bersyukur atas anugerah nafas selama dirimu bermeditasi/hening?
Atau apakah meditasi/heningmu hanya dilakukan sebanyak-banyaknya demi menggugurkan kewajiban memenuhi jumlah meditasi/hening yang dipercaya dibutuhkan dalam satu hari? Apakah meditasi/heningmu hanya dilakukan supaya punya bahan menulis jurnal saja? Apakah meditasi/heningmu hanya dilakukan dengan penuh keraguan atas dampak dan manfaatnya? Apakah meditasi/heningmu hanya berisikan imajinasi dan angan-angan akan hasrat egoistik yang ingin segera terpenuhi?
Meditasi SMSHD memang tidak bisa diperlakukan sebagai ritual abal-abal mode robotiks, tidak bisa dilakukan hanya untuk memenuhi syarat akan jumlah meditasi dalam satu hari saja.
Meditasi SMSHD tidak bisa diperlakukan seperti obat sakit perut yang hanya akan diminum apabila sedang sakit perut saja, tidak bisa diperlakukan hanya seperti memenuhi jadwal sikat gigi saja. Meditasi SMSHD adalah metode meditasi yang menyertai seluruh aktivitasmu sehari-hari, tidak terbatasi oleh aktivitas apa pun selama nafasmu mengalir.
Meditasi SMSHD tidak mungkin terjadi sesuai standar langit apabila dilakukan dalam mode bertahan demi terlihat setia dan memenuhi syarat belajar di komunitas saja. Tidak bisa dilakukan hanya demi tidak tereliminasi dari WAG komunitas saja. Tetapi, ada konsekuensi melakukan praktik di keseharian dengan kesungguhan.
Contoh kesungguhan dalam aplikasi teknik meditasi/hening SMSHD, misalnya ketika sudah tahu meditasi/hening SMSHD dilakukan untuk latihan bersyukur, maka lakukanlah. Kalau sudah tahu sedang ngomel, maka segeralah meditasi untuk meredakan ngomelmu. Kalau sudah tahu meditasi/hening untuk melebur sisi gelap, maka ketika sadar bertindak dengan dasar sisi gelap, segeralah meditasi formal untuk minta pengampunan kepada Tuhan dan meredakan sisi gelapmu.
Contoh apabila meditasi/hening SMSHD hanya dilakukan sebagai ritual abal-abal maka ketika seorang pejalan keheningan yang sudah bertahun-tahun secara konsisten melakukan meditasi SMSHD melihat tamu warung dengan penampilan menyeramkan, isi kepala langsung dipenuhi oleh prasangka buruk sehingga melayani tamu dengan ketakutan, tidak tulus, dan tidak totalitas. Padahal jelas tamu ini merupakan salah satu kontributor bagi omset dagang yang selalu diharapkan hadir. Mengapa tidak melebur ketakutan dan prasangka itu dengan meditasi/hening? Bukankan sudah selalu diajarkan demikian? Rutinitas meditasi yang dilatih bertahun-tahun lamanya lalu untuk apa?
Contoh apabila meditasi/hening SMSHD hanya dilakukan sebagai ritual abal-abal maka seorang pejalan keheningan yang sudah bertahun-tahun rajin meditasi SMSHD, ketika diberi umpan balik selalu muncul baper, tidak terima, menyalahkan orang lain, kabur berlindung dibalik rasa rendah diri dan minta dimaklumi. Kenapa baper dkk tidak diatasi dengan bermeditasi/hening seperti yang diajarkan? Bukankah selalu diajarkan demikian? Rajin meditasinya lalu untuk apa?
Meditasi/hening SMSHD adalah gaya hidup yang seharusnya menyertaimu sepanjang hari selama dirimu melek, tidak tidur, tidak pingsan, dan tidak berhenti nafasnya. Meditasi SMSHD seharusnya dilakukan dengan kesungguhan dan penuh penghayatan, dinikmati dan diresapi di setiap tarikan dan hembusan nafas.
Meditasi SMSHD seharusnya dilakukan sebanyak-banyaknya dalam satu hari, dan ketekunan harian itu seharusnya dilakukan dengan konsisten setiap hari sepanjang dirimu masih memiliki nafas. “Something that we have to experienced rather than endure”. Harus dialami, dihayati dan dinikmati, bukan hanya dengan bertahan.
Ada keterpaksaan yang kuat dalam mode bertahan dan mode robotiks, karena tidak memperdulikan kualitas meditasinya, tidak memperdulikan apakah selama meditasi nafasnya dinikmati atau tidak, tidak perduli apakah bisa merasakan rasa syukur yang tulus atau tidak.
Manusia bisa menjalankan kehidupan dengan mode bertahan (endure) tanpa menikmati dan menghayati hidup itu sendiri. Bertahan dengan basis hasrat ego yang kuat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan tetapi tidak menyukai caranya, sehingga tidak menikmati prosesnya. Tujuan dan semangatnya tampak selaras, tetapi caranya yang tidak diliputi penghayatan, tidak diliputi sukacita, tidak menikmati apa yang dilakukan, berpegang kepada keyakinan bahwa situasi yang kurang disukai ini akan segera berakhir.
Dalam Spiritual Murni SHD yang diajarkan adalah menghayati dan menikmati agar mengalami (experienced). Bagaimana menghayati dan menikmati nafas, bagaimana menghayati dan menikmati momen kekinian saat ini di sini, bagaimana menghayati menikmati setiap situasi yang datang dan pergi, bagaimana praktik penerimaan dan kepasrahan total sehingga mampu menikmati nafasmu dan apa pun bentuk kehidupanmu, agar kemudian mampu bersyukur dengan tulus.
Ajaran SMSHD tidak mengajarkan bermeditasi/hening dan hidup dalam keterpaksaan yang membuat manusia dalam mode ‘bertahan’. Dan tidak pernah mengajarkan untuk bermeditasi/hening hanya untuk menggugurkan kewajiban tanpa rasa tanggung jawab.
Maka menjadi tidak relevan lagi di masa kini apabila yang telah belajar sekian lama, meditasi formal 5-7x sehari, namun sikap di keseharian sangat jauh dari sebuah kesadaran, dan jauh dari apa yang disebut dengan kondisi meditatif. Disiplin adalah penting tapi siapa bilang berdisiplin harus dilakuan seperti wajib militer? Berdisiplin bisa kok dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, penuh penghayatan dan sukacita, tidak dalam keadaan terpaksa memenuhi kewajiban saja.
Lalu apabila proses pemurnian jiwamu tidak pernah beranjak naik dan tidak ada ketepatan perilaku di keseharianmu, apakah cara meditasi/hening mode bertahan ini telah tepat? Kalau belum ada kemajuan, mengapa keras kepala mempertahankan cara meditasi/hening yang tidak tepat?
Belajar dan cocok dengan teori dasar ajaran adalah satu hal, sementara aplikasi dan menjalankan proses pemurnian adalah seratus hal lainnya, memastikan konsistensi akan ketepatan perilaku adalah seribu hal lainnya.
Meditasi SMSHD adalah gaya hidup bukan ritual abal-abal. Meditasi SMSHD adalah sesuatu yang harus dijalani dengan penuh penghayatan dan sukacita, bukan dengan keterpaksaan dan mode bertahan.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
22 Desember 2024
Reaksi Anda: