
Akhir-akhir ini suasana belajar Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD) di Persaudaraan Matahari (PM) penuh dengan kewajiban memberikan hasil refleksi atau Guru SHD sering menyebut dengan hasil perenungan. Setiap interaksi pembelajaran dan evaluasi, mendengarkan wedaran melalui webinar dan live FB, pasti diminta refleksi. Dahulu kala kegiatan berefleksi belum marak seperti sekarang ini.
Zaman dahulu di tahun 2019, saya belajar secara mandiri. Semua bentuk latihan, termasuk catatan refleksi, saya buat atas inisiatif sendiri, tidak ada yang meminta atau mengharuskan. Zaman dahulu memang belum ada media belajar seperti program kepamomongan maupun pendampingan, tetapi kegiatan menjurnal dan refleksi selalu saya lakukan atas keinginan sendiri untuk mendokumentasikan proses belajar Ajaran SMSHD. Tujuannya agar tidak kehilangan kisah kesaksian akan berbagai pengalaman ketuhanan yang saya alami. Jadi, wajarlah kalau saya tidak pernah mengalami keterpaksaan dalam menjurnal maupun berefleksi seperti yang dialami oleh banyak teman di komunitas.
Tapi, memang saya hobi berefleksi dengan nalar ala kadarnya sejak belum kenal meditasi. Bagi saya, melakukan refleksi merupakan standar operasi bagi menjalankan kehidupan. Gunanya untuk mengambil keputusan sikap moral yang tepat sebelum kejeblos kepada kesalahan yang sama. Semacam berkaca dahulu sebelum bertindak; kalau tidak suka dipukul, ya jangan memukul. Pada taraf manusia biasa yang tidak paham meditasi dan pemurnian jiwa, metode ini cukup efektif menyelamatkan saya dari potensi konflik dan menjaga zona nyaman dalam menjalankan rutinitas. Dalam Sesi 3 Avalon Leadership Online Course (ALOC) Batch 8, kelas kepemimpinan yang diselenggarakan oleh The Avalon Consulting, tadi malam, Guru SHD menyebutkan langkah ini sebagai Golden Circle.
Ternyata, hobi berfleksi ini sinkron selaras dengan basis teknik meditasi/hening Ajaran SMSHD. Teknik meditasi SMSHD yang bertujuan memurnikan jiwa raga ini ternyata sangat erat dengan momen perenungan atau yang saya sebut dengan refleksi diri. Keahlian bermeditasi/hening dalam Ajaran SMSHD akan menghasilkan keahlian dalam observasi netral dan keahlian dalam perenungan. Tanda dari kemampuan ini dapat diketahui melalui parameter evaluasi kualitas meditasi/hening dalam standar PM, bukan standar pribadi atau ajaran lain.
Sebelum belajar Ajaran SMSHD, pengertian kata ‘merenung’ bagi saya adalah melamun, maka dalam koleksi frasa pribadi, saya lebih senang memakai kata refleksi atau bercermin. Ilustrasinya seperti memindai diri sendiri atas apa yang telah saya lakukan, ucap, dan pikirkan dalam sehari sehingga kemudian menemukan mana yang kurang pas dan mana yang bisa saya perbaiki kemudian hari.
Idealnya, apabila laku meditasi/hening dilakukan dengan tepat dengan kualitas yang baik, maka akan membawa kita pada sebuah momen perenungan dan observasi yang netral, sehingga menghasilkan pengetahuan atau penemuan yang membuka kesadaran.
Apabila teknik meditasi/heningmu belum tepat, maka pengertian perenungan ini selalu disalahartikan dengan hobi menganalisis dan berimajinasi. Berasumsi apabila dilakukan dengan mata ditutup dan mulut diam, maka merasa diri ini sedang merenung. Oleh sebab itu, parameter evaluasi dan validasi memegang peran penting sebagai benang merah apakah sebuah pemahaman memang betul merupakan hasil perenungan yang meditatif atau hanya hasil analitis yang tidak dibarengi dengan keheningan.
Perlu jam terbang berupa ketekunan dan konsisten latihan yang disertai dengan validasi berupa evaluasi, agar mampu membedakan antara hasil perenungan meditatif dengan hasil pemikiran analitis yang tidak dibarengi dengan keheningan.
Berefleksi sebenarnya alat yang ampuh dan banyak dipakai oleh berbagai metode penyembuhan mental dan psikologi. Dalam berefleksi memang membutuhkan modal kejujuran dan kerendahan hati, tidak bisa dibuat dengan arogansi dan penuh pencitraan. Manfaat berupa perbaikan diri akan terjadi apabila refleksi dilakukan dengan niat yang tulus dan dilandasi KEJUJURAN sehingga pengalaman otentik diri dapat ditransformasi menjadi sebuah pengetahuan yang mencerahkan.
Apabila berefleksi dilakukan dengan kejujuran dan kerendahan hati, maka secara natural akan muncul hal-hal yang tadinya tidak kita sadari atau terlupakan, menjadi sebuah AHA!Moments. AHA! Moments inilah yang selanjutnya akan dipakai sebagai modal langkah perbaikan yang nyata. Dari sebuah refleksi, kita akan mampu mengoptimalkan manfaat dari sebuah pengalaman otentik untuk membuka sebuah kesadaran baru yang idealnya lebih selaras.
Seolah beda tipis dengan hobi menganalisis dan berimajinasi liar, maka refleksi/perenungan dalam ruang pembelajaran SMSHD ini sebaiknya dilakukan dengan meditasi metode SMSHD, jangan pakai metode yang lain atau pakai cara sendiri. Kalau menggunakan metode yang lain pasti jatuhnya berkhayal lagi, berimajinasi lagi, mengingat-ingat teori atau kejadian di masa lalu untuk dicocoklogi, mencari-cari skenario terbaik, menimbang mengkalkulasi sebab-akibat, lalu akhirnya terjebak dalam adegan poles-memoles agar terbaca indah cantik yang akhirnya berbelok arah menjauh dari kejujuran.
Seperti kisah nahkoda nakal dalam artikel TERNYATA KONSISTEN ITU SULIT, KAPTEN, banyak juga yang sudah mampu menangkap sebuah pengalaman otentik dan berefleksi jujur kemudian menuangkan kembali dalam tulisan. Tapi, sayangnya banyak yang stop sampai di situ saja, merasa cukup dan memilih untuk mager tidak melanjutkan dalam langkah perbaikan yang nyata dan konsisten dilakukan secara terus menerus. Merasa cukup dengan menggugurkan kewajiban dan menikmati pujian akan keberanian berefleksi jujur saja. Ada juga yang melakukan selangkah dua langkah perbaikan, angot-angotan tanpa konsistensi sehingga kemudian setop-ngedrop dan menguap ditelan sisi gelap.
Plot twist di jalan spiritual memang lengkap. Solusi bagi server kanan sebaik apa pun akan diputar balik ke arah server kiri oleh nahkoda nakal. Betapa sulitnya menjaga INTEGRITAS agar tetap ke server kanan apabila sebuah tindakan tidak disertai niat yang tulus dan pemahaman ajaran yang memadai. Godaan server kiri memang terlalu menggiurkan karena bersahabat erat dengan para bestie dari hasrat Sang Ego.
Refleksi menggunakan nalar tanpa dibarengi meditasi metode SMSHD tentu bisa dilatih untuk membentuk cara berpikir sederhana non-njelimet yang sehat. Semacam olahraga untuk akal dan logika agar tetap sehat dan tidak gampang kusut terjebak kerumitan diri.
Namun, apabila serius ingin belajar Ajaran SMSHD dan memurnikan jiwa raga, maka kegiatan refleksi akan dikenakan syarat dan ketentuan yang spesifik sesuai STANDAR LANGIT, yaitu harus disertai dengan meditasi/hening metode SMSHD. Karena tujuan belajar Ajaran SMSHD adalah untuk PEMURNIAN JIWA, maka sudah sewajarnya apabila PM meminta teman-teman untuk berlatih berefleksi dengan kejujuran, melebur segala kepalsuan.
Semua metode belajar yang diaplikasi termasuk berefleksi ini manfaatnya adalah untuk teman-teman sendiri. Kami, yang membantu membimbing dan mengarahkan, punya porsi belajar kami sendiri yang sudah dibuktikan dalam banyak karya, baik yang dapat dilihat secara nyata maupun yang dapat dibaca melalui banyak refleksi dan angka evaluasi, sehingga bisa dijadikan inspirasi dan teladan bagi siapa saja yang serius ingin memurnikan jiwa raga.
Pastikan kisah dalam refleksimu memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan jiwamu. Jangan sebaliknya, menguatkan sisi gelap yang seharusnya dipurifikasi.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
27 Oktober 2024
Reaksi Anda: