
Dalam ilmu psikologi, self-discipline atau disiplin diri termasuk dalam kategori soft skill, yaitu karakter yang menjelaskan kualitas kepribadian dan perilaku seseorang (personal attributes/ behavioral traits). Secara umum pengertian self-discipline adalah tentang kemampuan seseorang dalam mengelola keinginan (desires) dan hasrat (impulses) yang muncul, sehingga tetap fokus melakukan apa yang kita ketahui lebih penting untuk dilakukan demi mencapai sebuah tujuan (goals/purpose).
Dalam Spiritual Murni SHD dan seluruh cabang ilmu turunannya, seperti ilmu kepemimpinan berbasis kesadaran – ‘Sigma Leadership‘, self-discipline disebut sebagai Essential Skill (Keahlian Esensial), yaitu keahlian inti yang membentuk karakter pondasi bagi keberhasilan dalam melatih technical skill atau hard skill.
Self-discipline adalah tentang konsistensi melakukan sebuah aksi.
Sebuah aksi yang dilakukan terus-menerus secara konsisten yang akan mencipta habit baru. Habit baru yang secara konsisten dijalankan akan membentuk karakter baru, menata ulang (rewire) pola/habit lama yang tidak selaras dengan pola/habit baru yang sehat dan konstruktif, menata kembali (rewire) pola berpikir dan program kerja otak dengan pola baru yang sedang dilatih, sehingga membuahkan pertumbuhan (growth). Berproses melalui disiplin kecil yang diciptakan setiap hari secara konsisten (terus-menerus) akan memberikan sebuah perubahan yang besar dan berdampak kepada keberhasilan dari tujuan yang ingin dicapai.
Self discipline termasuk bagian dari kemampuan ‘Mengelola Diri (Self-management)’ dan ‘Kewaspadaan Diri (Self-awareness)’.
Banyak yang mengatakan bahwa berdisiplin diri adalah melakukan apa yang diketahui harus dilakukan meskipun tidak disukai – doing what you know needs to be done even you don’t want it. Secara umum selalu ada gambaran keterpaksaan dalam sebuah laku disiplin, tetapi melalui praktik ‘Mindfulness’ Spiritual Murni SHD tentu cara pandang yang mengandung keterpaksaan itu bisa dikalibrasi menjadi sebuah aksi yang diliputi oleh rasa ‘Bersyukur yang Tulus’ dan ‘Sukacita (joy)’.
Kalau sudah menemukan tujuan (goals/ purpose) belajar yang sepadan dengan tujuan Ajaran Spiritual Murni SHD – pemurnian jiwa, maka fokuslah pada proses melatih teknik meditasi yang tepat, fokus pada cara belajar Spiritual Murni SHD sesuai yang diajarkan, fokus menjalankan proses membersihkan mental jiwa raga dengan cara yang tepat, dan jangan belok terus pada keinginan (desires) dan hasrat (impulses) yang tidak sejalan dengan nilai (value) tertinggi dari Ajaran Spiritual Murni SHD.
Menjadi ahli meditasi/hening pemurnian jiwa sama dengan melatih diri menjadi ahli pada kegiatan lainnya, membutuhkan self-discipline. Seperti halnya melatih otot – melatih gerakan tari, melatih gerakan bermain musik, melatih melukis, melatih berbicara, melatih cara berpikir, termasuk juga melatih ‘Otot Keheningan‘. Semakin banyak dan tekun berlatih dengan cara yang tepat, maka pola repetitif yang dilakukan secara terus-menerus dengan konsisten akan terekam kuat oleh muscle memory.
Berlatih meditasi/hening pemurnian jiwa dengan tekun dan konsisten sebagai self discipline akan ‘Membangun Habit’ baru yang sehat dan konstruktif, menata kembali (rewire) pola berpikir dan program kerja otak dengan pola baru yang sedang dilatih.
Masalahnya, ‘Berkonsisten itu Ternyata Sulit, Kapten’. Di arena belajar Spiritual Murni SHD, membangun self-discipline bagaikan drama latihan militer bagi special force di angkatan bersenjata. Menciptakan disiplin punya drama kumbaranya sendiri yang bisa berjilid-jilid panjangnya seperti tidak ada habisnya.
Ada juga yang sudah berdisiplin dan berkonsisten terhadap jadwal, tetapi dengan teknik yang salah, tentulah zonk karena hasil tidak mengkhianati proses. Banyak yang mampu berdisiplin dan berkonsisten terhadap jadwal dan rutinitas saja, tetapi tidak peduli apakah tekniknya sudah tepat atau belum. Disiplin dan konsisten layaknya robot, hanya demi memenuhi syarat akan jumlah yang (tampak) banyak, tanpa mempedulikan variabel teknisnya sudah dipenuhi atau belum, tanpa mempedulikan apakah proses pemurnian jiwa telah bergerak maju atau belum.
Banyak juga yang tidak peduli dengan teknik meditasi/hening pemurnian jiwa yang tepat dan tidak peduli dengan proses pemurnian jiwa. Merasa pembelajaran Spiritual Murni SHD cukup dengan melakukan meditasi/hening rutin dalam sehari dengan cara suka-suka sendiri yang penting nyaman, rajin ikut webinar, dan bisa menuliskan ulang kalimat bombastis dari teori Ajaran Spiritual Murni SHD.
Self-discipline yang sulit dibangun atau yang dibangun dengan sikap robotics, sudah pasti karena tujuan (goals/purpose) belajarnya yang belum jelas, belum jernih, dan belum sinkron dengan nilai (value) tertinggi dari Ajaran Spiritual Murni SHD.
Meditasi/hening pemurnian jiwa belum menjadi menjadi prioritas dalam hidup dan belum menjadi ‘Gaya Hidup’. Meditasi/hening pemurnian jiwa masih dianggap sebagai rutinitas wajib yang cukup dilakukan seadanya untuk memenuhi jadwal harian saja tanpa mengerti apa yang seharusnya dicapai dari bermeditasi/hening pemurnian jiwa.
Seperti pedoman dalam Manajemen Matahari, maka self discipline dapat dibangun dengan memastikan hal berikut:
- Perjelas dan Jernihkan Dulu Apa Tujuan Belajarmu (Clarity of Purpose)
Pelajari nilai (value) tertinggi dari Ajaran Spiritual Murni SHD untuk menjadi pedoman dalam mengkalibrasi tujuan belajarmu. Kalibrasi kembali ‘Raison d’etre’ apakah sudah sesuai dengan nilai (value) Spiritual Murni SHD atau belum. Jangan terbalik – maunya tujuan egoistikmu yang jadi pedoman, tanpa mempedulikan nilai (value) tertinggi dari Spiritual Murni SHD. - Aplikasikan Cara Belajar yang Tepat Sesuai Arahan
Latih dengan tekun dan konsisten sesuai dengan yang diajarkan. Jangan cocoklogi dan dicampur aduk dengan ajaran di luar Spiritual Murni SHD. Ikuti koridor pembelajaran yang diberikan, jangan membuat koridor sendiri. Pakai alat belajar yang tepat berikut dengan umpan baliknya, jangan maunya pakai cara sendiri dan tidak mempedulikan umpan balik yang diberikan. Pahami bahwa Ajaran Spiritual Murni SHD hanya memakai standar parameter Spiritual Murni SHD, bukan yang lain. - Hasil Tidak Akan Mengkhianati Proses
Proses yang tepat akan memberikan hasil yang sepadan. Kalau hasilnya belum ideal, sudah pasti prosesnya belum berjalan dengan cara yang tepat. Umpan balik adalah apa yang sudah dicapai sebagai hasil proses belajarmu sendiri, maka bertanggung jawablah atas apa pun hasilnya. Apabila sudah tepat, maka pertahankan dan tingkatkan terus. Kalau belum tepat, segera perbaiki tanpa drama.
Saya yakin sudah banyak yang mampu membangun self-discipline untuk hal lain yang dianggap penting bagi hidup, lalu bagaimana dengan meditasi/hening pemurnian jiwa?
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
31 Maret 2025
Reaksi Anda: