Ada yang berpendapat bahwa untuk meniti jalan spiritual kita harus mapan dulu secara finansial. Karena begitu kita meniti jalan spiritual, semua pekerjaan harus ditinggalkan, semua keramaian harus dijauhi, segala bentuk kesenangan duniawi harus ditinggalkan. Dengan berkecukupan terlebih dahulu secara finansial maka kita tak lagi punya beban dalam menjalani laku spiritual, dan keluargapun tidak terbengkalai.
Pendapat di atas sebenarnya didasari pengertian yang kurang pas. Sebenarnya berspiritual adalah hidup sewajarnya, tidak melepaskan tanggung jawab keseharian kita, hanya menjadi lebih berkesadaran. Ada banyak pola kultivasi atau latihan spiritual yang bisa diintegrasikan dengan kesibukan sehari-hari kita. Tidak mesti mesti dengan menjauhi keramaian dengan memasuki hutan atau naik gunung dalam jangka lama sehingga harus meninggalkan pekerjaan dan keluarga.
Jadi dengan titik berangkat keadaan finansial seperti apapun kita bisa mulai meniti jalan spiritual. Penentunya adalah ketergerakan jiwa. Saat ada panggilan atau dorongan dari rasa terdalam, maka ikutilah. Jika kita dalam kondisi finansial terpuruk, dengan berspiritualitas kehidupan kita malah menjadi tertata dan terarah untuk mencapai kesejahteraan sesuai jatah kita. Kita kita sudah mapan secara finansial dengan meniti jalan spiritual hidup kita menjadi semakin utuh karena menemukan makna hidup yang tak bisa diberikan oleh uang dalam jumlah berapapun.
