
Renungan beberapa hari ini, ditemani oleh lagu cantik dan sendu dari Sting, mantan vokalis The Police, yang dibawakan dalam Bahasa Perancis. Terjemahan judulnya adalah The Beautiful Woman without Regrets, wanita cantik tanpa penyesalan. Dalam lagu ini menggambarkan tentang laki-laki yang tidak mampu memahami objek perempuan cantik dan membuatnya patah hati, “tu brises mon coeur,” artinya “you break my heart.” Kisah drama pertentangan emosi yang disajikan dalam adegan romansa . Yaitu, ketika satu pihak terbebas dari rasa sesal, sementara pihak lain merasa tersakiti karena tidak mampu memahami kebebasan itu.
Sebenarnya, lagu ini bisa menjadi teman sempurna bagi hati yang merana, karena memantik memori luka batin . Tapi ternyata apabila dihayati dengan kesadaran yang lebih jernih, mendengarkan lagu ini malah menjadi bahan perenungan yang menarik. Sehingga bukannya sendu merana, tetapi saya malah menjadi haru dan bersyukur mendalam telah bertemu dengan jalan memurnikan diri dari gembolan ‘Sisi Gelap (shadows/darkside)’.
Sebelum hidup dengan kesadaran yang melek atau bangun (awake), banyak sekali kebodohan di masa lalu yang saya sesali.
Banyak sekali situasi dan kontributor yang dijadikan objek menumpahkan kekecewaan dan penyesalan, atas kegagalan yang dialami. Point of View (PoV) yang sempit sebatas kumpulan luka batin dan trauma, membuat saya tidak mengerti gimana sih caranya mencintai diri dan bersyukur atas kisah suram di masa lalu. Berupaya sekuat tenaga membentuk mindset dengan hafalan ribuan teori bijak, tetapi tidak mampu membendung pendaman rasa kecewa dan penyesalan atas kebodohan diri yang bisa meletus sewaktu-waktu.
Setelah belajar ‘Seni Hidup SHD’ di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari’, saya menggunakan metode meditasi/hening penjernihan diri untuk membersihkan kotoran di seluruh lapisan kesadaran berupa ‘Luka Batin’, trauma, ‘Inner child’, ‘Watak Angkara’, dan ‘Ilusi’, yang disebut dengan sisi gelap (shadows/dark side). Hidup menjadi lebih ringan, ketika pelan-pelan bisa dibersihkan, setahap demi setahap. Baru mengenal hidup yang lebih ringan dan menyadari betapa beratnya hidup dalam penyesalan, yang terus menerus mencipta ‘Mental Block dan Self Sabotage’ untuk melangkah maju pada pertumbuhan.
Melepas penyesalan dengan bermeditasi/hening penjernihan diri rasanya seperti melangkah ke sebuah ruang kebebasan.
Bukan bebas untuk bertindak seenak udel, tetapi bebas dari gembolan sampah yang membuat langkah menjadi berat. Proses memaafkan diri yang panjang karena pernah memilih hidup dengan banyak keputusan bodoh pencipta samsara. Memutuskan sendiri, samsara sendiri, lalu menyesal sendiri. Dalam proses memutus siklus samsara, sudah pasti membutuhkan ketekunan menjalankan proses yang reflektif dan kontemplatif melalui ‘Meditasi/Hening Penjernihan Diri’. Pengalaman saya sih, tidak bisa hanya ditepis oleh teori bijak sebanyak apa pun. Kalau pun merasa berhasil, tidak akan bertahan lama. Tinggal menunggu tanggal main bom waktu meletus, baik melalui tragedi maupun penyakit yang mengenaskan.
Sekarang saya sudah bisa melihat rekaman masa lalu yang tadinya tampak suram, seperti sebuah harta karun pembelajaran yang tidak ternilai harganya hingga mampu berterima kasih, bahkan meminta maaf kepada para pihak yang menjadi kontributor kisah suram di masa lalu.
Paling tidak saya telah memutus rantai warisan sigel agar tidak berlanjut dan menular ke mana-mana. Menjadi circle breaker selagi masih hidup, dan menyaksikan kebenaran tanpa harus menanti momen di ambang kematian. Menjalankan hidup dengan ‘Sukacita (joy)’ tidak terpenjara oleh penyesalan, ternyata merupakan elemen esensial dari ‘Canto Alla Vita’ atau ‘Living la Dolce Vita’. Melepas penyesalan atas masa lalu yang suram akibat kebodohan sendiri, dengan memahami anugerah yang tersembunyi (blessing in disguise) dibalik kisah perjalanan yang pernah disesali.
Selalu terngiang wedaran Guru SHD, bahwa ‘Kebenaran sejati terungkap di ambang kematian’. Kalau belum mau ‘bangun’ (awake) ketika masih hidup, memang sulit untuk menyadari anugerah dibalik perjalanan hidup yang tidak ideal. Rasa penyesalan paling banter ditimbun oleh kesenangan materialistik yang sifatnya sementara dan selalu ingin ditingkatkan intensitasnya. Tetapi dengan menjernihkan diri, ternyata bisa kok memilih menjadi manusia yang terbebas dari rasa penyesalan. Langkah pembebasan yang seringkali membuat orang lain malah merasa tersakiti, karena kesulitan memahami gaya hidup merdeka dari rasa penyesalan ini. Sudah kapok membuat kebodohan lagi, maka saya memilih menjadi La Belle Dame Sans Regrets. Karena penyesalan pasti datang belakangan, kalau duluan, namanya pendaftaran.
“Regret is the absence of consciousness from blessing in disguise.” ~ Sigma Lifestyle
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
14 Agustus 2025
Reaksi Anda: