
Hidup dalam kemewahan.
Menurutmu kemewahan bagi hidupmu apa saja?
Dulu saya pikir kemewahan hanya identik dengan materi bernilai uang tinggi. Kemudian seiring berjalannya waktu, pengertian ‘mewah’ terkalibrasi menjadi setara dengan bentuk kenyamanan yang paling memungkinkan untuk dicapai. Selama dapat memenuhi standar kenyamanan – tidak perlu bernilai uang tinggi bahkan murah meriah atau gratis sekalipun, maka dianggap sebagai kemewahan.
Ketika mencari metode untuk bermeditasi/hening pun saya mencari yang dianggap dapat memberikan kenyamanan. Yaitu, metode meditasi/hening yang sederhana, murah meriah, tidak terlalu banyak aturan, dan tidak perlu banyak aksesoris. Bagi saya menjadi teramat penting apabila dalam bermeditasi tidak perlu posisi full lotus, tidak perlu menahan gatal, lapar, dan haus, tidak perlu duduk tegak berjam-jam bersembunyi di pojokan yang sepi, dan seterusnya. Maka, ketika menemukan ‘Meditasi/Hening Metode Pemurnian Jiwa’ Ajaran ‘Spiritual Murni SHD’, rasanya seperti menemukan kemewahan.
Bagaimana tidak, meditasinya aja bisa dilakukan kapan saja, dengan posisi apa saja, di mana saja. Syaratnya hanyalah selama nafasnya ada dan tidak tidur, tidak pingsan. Benar-benar menemukan kemewahan yang tiada tara setelah berkeliling mencari metode meditasi/hening kesana kemari.
Siapa mengira di balik metode meditasi/hening pemurnian jiwa yang terasa mewah ini memberikan segudang manfaat yang tidak bisa dibeli oleh uang sebanyak apa pun, yaitu transformasi, keselamatan, dan evolusi bagi mental jiwa raga.
Widih, mewah banget, melebihi barang semewah dan semahal apa pun di muka bumi. Ibaratnya, apabila memiliki pesawat jet pribadi tidak menjadi jaminan mental jiwa raganya sehat dan selamat.
Tapi sayangnya, kemewahan seperti ini kurang diminati karena dianggap tidak nyata berupa materi yang ada nilainya. Objek yang dianggap ngawang-ngawang tidak terjamah dan semu karena dianggap tidak bisa dipakai untuk bayar listrik, bayar sekolah anak, dan membeli barang yang disukai, walaupun sebenarnya banyak yang bisa merasakan manfaatnya.
Padahal dengan modal meditasi/hening pemurnian jiwa, pembersihan mental jiwa raga dari ‘Sisi Gelap (Shadows)’ ini jelas sekali akan memperbaiki medan energi menjadi lebih selaras dan menarik hal yang selaras bagi kehidupan. Dengan medan energi yang stabil selaras, transformasi fisik, dan pola nalar dan keselamatan, maka ‘Keberlimpahan’ pun hadir.
Kemewahan dalam bermeditasi/hening ini pun malah dianggap sebagai metode yang tidak memberikan kenyamanan, karena dianggap tidak mampu memberikan hasil yang instan, dan tidak membebaskan dari proses yang dihindari karena dianggap tidak menyenangkan. Tidak dianggap kemewahan karena tidak dapat memenuhi hasrat yang egoistik, tidak bisa dipamerkan, dan tidak bisa mengangkat derajat sosial di dunia materiel.
Wong cari nyaman kok malah harus menjalankan yang tidak nyaman. Gimana sih lu, Ndro.
Padahal tidak sedikit yang pernah merasakan manfaat dan kebahagiaan di balik proses yang dianggap tidak memberikan rasa nyaman itu. Banyak juga yang sudah merasakan hasilnya, dan betapa nyamannya hidup tanpa dibebani oleh sisi gelap (shadows) layaknya surga di bumi.
Dan, banyak juga yang sudah mengerti bahwa kenyamanan yang permanen bisa dicapai dan stabil tidak tergoyahkan oleh dinamika kehidupan, asalkan memenuhi syarat dan ketentuan ‘Hukum Semesta’.
Tapi kembali lagi, setiap manusia punya kebebasan memilih bentuk kemewahannya masing-masing. Sebelum mampu menciptakan ‘Habit Bersyukur’ atas kehidupan yang bergulir sesuai rajutan karma masing-masing, dan sebelum mampu ‘Bersukacita’ ‘Living la Dolce Vita’ di setiap situasi dan kondisi, maka akan sulit memahami apa makna kemewahan yang saya ceritakan ini.
Saya berbagi pengalaman bagaimana rasanya hidup dalam ‘Kesadaran yang Murni’ bersih dari sisi gelap (shadows). Dan jelas bagi saya, hidup dengan standar ‘GT’ adalah kemewahan tertinggi yang bisa dicapai oleh umat manusia. Kemewahan yang langgeng sampai Sang Jiwa melanjutkan perjalanan evolusinya setelah habis masa kontrak di Bumi.
Menurutmu bagaimana? Kemewahan ini masih terasa utopis ngawang dalam khayalan atau sudah bisa mencicipi walaupun sekejap?
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
1 Mei 2025
Reaksi Anda: