Sang Penuntun Agung di dalam diri adalah manifestasi Tuhan di dalam diri kita sendiri. Ini salah satu dampaknya akan membuat kita mengetahui kebenaran sejati. Perlahan tapi pasti, kita akan bisa menyingkap segala bentuk ilusi yang tadinya mencengkeram pikiran kita. Laku keheningan ini membawa setiap orang kepada kondisi tercerahkan dan salah satu faktor yang memang akan dibereskan lewat laku keheningan adalah soal ilusi yang mencengkram pikirannya. Dengan keheningan betul-betul kita dibawa kepada kesadaran yang murni, di mana kita bisa terbebas dari segala prasangka-prasangka yang tidak realistis, tapi kita anggap sebagai kebenaran, di antaranya menyangkut keberadaan Tuhan.
Laku spiritual yang sesungguhnya atau jalan keheningan yang sejati itu tidak menyangkal keberadaan Tuhan, tetapi spiritualitas mengajak kita untuk tidak terjebak kepada prasangka-prasangka yang tidak realistis. Dalam relasinya dengan Tuhan, kita tidak dibawa untuk percaya sembarang percaya. Lewat laku keheningan, setiap orang diajak untuk bisa mengalami momen otentik perjumpaan dengan Tuhan. Lewat laku keheningan, orang diajak untuk menyaksikan realitas Tuhan yang nyata. Lewat proses keheningan, kita akan tahu bahwa Tuhan sejatinya bukan satu sosok yang kemudian bisa dilabeli dengan segala macam watak emosi sebagaimana manusia. Lewat laku keheningan seperti yang Anda jalankan tadi, Anda akan mengerti bahwa sejatinya Tuhan adalah realitas yang tanpa batas, yang menjadi awal dari segala yang ada, yang tidak terbatasi oleh ruang dan waktu.
Perjumpaan denganNya artinya kita menjadi sadar akan keberadaanNya lewat kasih murni dan kuasa yang kemudian bekerja di dalam diri kita. Dan, bisa kita rasakan dengan nyata. Berjumpa dengan Tuhan bukan berarti kita ini bisa melihat sosoknya, bukan. Karena kalau dia bersosok berarti dia terbatas oleh ruang dan waktu. Kalau dia terbatas oleh ruang dan waktu, dia bukan Tuhan. Anda tidak akan bisa “menemui” satu objek kalau keberadaan ini adalah sesuatu yang tanpa batas. Sama seperti Anda tidak bisa menjumpai udara sebagai sebuah objek yang punya bentuk karena udara melingkupi segala yang ada.
Analogi yang paling dekat tentang realitas Tuhan adalah karena Dia realitas yang tanpa batas yang bahkan kita tidak bisa menjumpai objeknya, tetapi kita betul-betul bisa merasakan keberadaannya. Lewat laku keheningan, kita betul-betul bisa merasakan kasih dan kuasaNya. Di dalam keheningan, kita benar-benar bisa menyadari bahwa Jagat Raya ini dan di balik tubuh ini ada kecerdasan yang tanpa batas. Tubuh ini, mulai dari nafas, sistem metabolisme, semua bekerja dengan kecanggihan tertentu. Alam Semesta juga, di balik ini semua ada kecerdasan yang tanpa batas. Spiritualitas mengajak kita untuk menyadari inilah Tuhan yang nyata yang menjadi sumber dari segala kecerdasan, sumber dari dari energi yang menggerakkan Jagat Raya.
Dengan kesadaran ini, maka kita tidak terjebak kepada pola-pola yang tidak realistis. Saya tidak pernah mengajari Anda menyembah Tuhan, apalagi dengan asumsi Tuhan butuh disembah. Saya hanya mengajak Anda menyadari Tuhan yang nyata di setiap tarikan dan hembusan nafas. Menyadari bahwa Dia nyata dengan merasakan sesungguh-sungguhnya kasih murni di dalam nafas Anda sendiri. Kalau Anda bisa merasakan itu, Anda akan bisa merasakan kasih dan kuasa itu di dalam segala yang ada di Jagat Raya ini.
Lewat keheningan, kita akan tahu bahwa kita tidak pernah terpisahkan dengan Tuhan. Anda mau susah, Anda mau senang, Tuhan bersama Anda, Anda mau di utara, Anda mau di selatan, Tuhan bersama Anda. Dan, satu hal yang pasti kita akan mengerti dengan sungguh-sungguh bahwa Tuhan tanpa diskriminasi. Anda memanggil Tuhan dengan cara apa pun itu bebas, tidak akan membuat Tuhan marah. Anda menyadari keberadaannya dengan teknik apa pun selama sampai pada tujuan itu pun tidak masalah.
Tuhan yang sejati tidak menuntut Anda untuk menyembah Dia dengan cara tertentu dan bahasa tertentu. Tetapi, Dia menuntun Anda untuk menyadari keberadaanNya yang nyata dalam setiap tarikan dan hembusan nafas, menyadari Dia sebagai sumber kasih murni yang melingkupi diri Anda semua. Kalau kita bisa menyadari Tuhan yang nyata sebagai keberadaan yang meliputi segala yang ada, yang mengasihi semua manusia tanpa syarat, dan tanpa diskriminasi, maka itu menjadi pondasi bagi kesadaran Anda akan persaudaraan manusia secara universal.
Tuhan yang tanpa batas ini mengejawantah menjadi banyak hal. Yakni, menjadi Jagat Raya, menjadi hukum-hukum Semesta yang mengatur Jagat Raya ini, termasuk Dia mengejawantah menjadi diri Anda semua. Kita ini semua berasal dari satu benih keberadaan, Benih keberadaan ini akarnya adalah Tuhan. Dinyatakan pada setiap diri, setiap jiwa itu, ada benih ketuhanan.
Ada terminologi bahwa kita sejatinya adalah anak-anak Semesta. Kita adalah “anak-anak Tuhan” karena kita berasal dari realitas yang sama. Kalau kita menyadari itu, maka tidak ada yang namanya diskriminasi atau pemisahan manusia berdasarkan agama, suku, ras, warna kulit, dan sebagainya. Semuanya adalah manifestasi dari keindahan dan keagungan dari manifestasi Tuhan.
Kita ada dalam jejaring keberadaan yang Ilahiah. Dalam diri Anda itu ada keilahian. Tetapi, yang harus dimengerti itu ketika kita menjadi satu jiwa, apalagi menjadi manusia dengan pikiran yang berpangkal di otak. Kita punya yang namanya kebebasan berkehendak. Dengan kebebasan berkehendak itulah, kemudian kita bisa memilih jalan kebenaran atau kesesatan. Dengan kebebasan berkehendak itulah, kemudian kita bisa memilih untuk untuk selamat atau celaka.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantor
Kajian Jakarta, 17 Oktober 2021