Skip to main content
SpiritualWedaran

Siapkah Anda menjadi Pemain Asmara ala Tantra?

9 January 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Dalam sudut pandang tantra, bahasan cinta dan seksualitas ada di bab terakhir dalam buku saya. Dengan begitu Anda memiliki persepsi bahwa ini bukan jalan utama, apalagi satu-satunya. Jika Anda tidak punya hubungan romantis dengan pasangan, maka tidak ada unsur hambatan untuk mendapatkan pencerahan. Pencerahan tidak punya relasi langsung dengan cinta dan seksualitas. Tetapi, ini bisa dihubungkan dengan perjalanan kita sebagai manusia dalam rangka mencapai pencerahan.

Inti pencerahan adalah Anda terhubung kepada Diri Sejati. Proses terhubungnya dengan cara Dhyana (meditasi), Pranayama (menyadari napas), Mantra, Yantra, dan seterusnya. Dengan proses itu, kita mengakses kekuatan Ilahi untuk membersihkan semua lapis kesadaran kita dan menjernihkan semua bagian dari tubuh halus (emosi, pengetahuan, karma, dan energi). Ketika dijernihkan semua lapis kesadaran, kita ada dalam kesatuan yang semakin utuh dengan Diri Sejati, sehingga kita bisa merealisasikan kualitas ketuhanan yang semakin paripurna. Inilah yang menjadi pondasi pada bebasnya jiwa dari segala yang menciptakan penderitaan. Pada titik ini, Anda mau jomblo (sendiri) atau punya pasangan, tidak ada hubungannya “tercerahkan” dengan “cinta dan seksualitas”.

Ajaran tantra tidak menyangkal hal-hal duniawi. Tubuh diakui sebagimana mestinya. Kehidupan duniawi ini dihargai sebagaimana wajarnya. Tubuh adalah kendaraan bagi Sang Jiwa dengan haknya, sedangkan kehidupan duniawi adalah hal yang lumrah bahwa kita hidup di dunia ini yang tidak mungkin disangkal.

Ajaran tantra hanya mengajarkan kita dalam memperlakukan tubuh ini agar tetap dalam koridor kesetiaan pada Diri Sejati. Segala kesenangan badani tidak untuk disangkal atau dijauhi. Selama itu hal yang lumrah dan tubuh tidak mengalami destruksi, maka tidak ada masalah. Ketika Anda berterima kasih pada kesenangan tersebut, seperti minum wedang atau melakukan pijat spa, ini termasuk tindakan spiritual. Jangan sampai punya persepsi bahwa hal-hal duniawi ini adalah racun. Jadikan kehidupan duniawi ini sebagai sarana pembelajaran sebagaimana mestinya sehingga Anda bersyukur kepada Sang Sumber. Aplikasi praktisnya, Anda tidak perlu keluar dari pekerjaan keseharian Anda untuk pergi bertapa ke gunung. Pekerjaan yang Anda jalani adalah jalan berbakti Anda pada kehidupan.

Osho sering berbicara tentang lover atau pecinta. Seorang tantrik adalah pecinta, maksudnya bukan punya cinta romantik. Pecinta seorang tantrik adalah saat Anda sering melakukan keheningan, masuk ke dalam diri, terhubung dengan Diri Sejati, otomatis dari dalam diri Anda akan terus menerus mengalir kasih murni. Ketika keterhubungan semakin utuh, Anda menjadi pengejawantahan pure love itu sendiri. Anda adalah seorang pengasih paling murni, tanpa syarat dan deskriminasi, dengan proporsi yang pas, sesuai kebutuhannya. Seorang tantik adalah pecinta murni, hidup dengan kasih murninya. Kasih dan cinta romantik dalam bahasa Inggris dibahasakan dengan kata love.

 

Apakah hidup di jalan spiritual boleh memiliki romantic love?

Secara formal itu tidak boleh. Jalankan hubungan seksual, memiliki rasa romantik saja tidak boleh. Ada asumsi ini akan menjadikan jiwa tidak murni, apalagi dilanjutkan dengan hubungan seksual. Jalan tantra tidak mengatakan hal itu. Jelas Anda harus punya kasih murni dulu. Saat Anda punya romantic love, hal itu dibolehkan selama Anda mengerti bagaimana Anda menempatkannya. Jika tidak, romantic love Anda akan menjadi belenggu tersendiri yang membuat Anda terjauhkan dari perjuangan Anda untuk menjadi jiwa merdeka.

Secara faktual banyak orang yang menderita karena cinta, baik pasangan suami-istri maupun pasangan kekasih. Bagaimana Anda punya romantic love, yakni proses natural kimiawi yang terjadi dalam diri Anda, tetapi Anda tidak terjebak pada penderitaan? Jika ini yang mau Anda dapatkan, maka Anda harus lari kepada pure romantic love. Ini tidak mungkin dipraktikkan tanpa menghayati pure love atau pure compassion terlebih dulu.

 

Secara praktis, mengapa banyak orang yang menderita karena cinta romantik?

Pada banyak kasus, emosi romantik akan berakhir pada penderitaan karena orang yang mencintai muncul rasa romantis dalam dirinya akan dicengkeram kuat oleh ke-aku-annya. Orang yang mencintai akan menganggap bahwa orang yang dicintai adalah miliknya. Ia harus berlaku seperti harapan dan idealitasnya. Inilah pangkal penderitaan. Jika Anda dalam konteks spiritualitas ini ingin menjalaninya sampai tuntas, maka Anda harus mentransformasikan dalam pure romantic love.

Misalnya, Mas A jatuh cinta dengan Mbak B. Di saat yang sama Mas C juga naksir Mbak B. Jika tidak punya pure romantic love, ini akan jadi drama segitiga yang menyebalkan. Semua terjebak dalam penderitaan. Mas A yang tercerahkan akan berkata, “Jika Mbak B betul-betul tulus mencintai Mas C, dan Mas C juga tulus mencintai Mbak B, maka silakan. Saya dalam kesendirian pun bisa bahagia.”

Ini adalah contoh pure romantic love, yakni bagaimana kita mencintai orang tanpa ada hasrat untuk mencengkram atau menurut dengan ego kita. Pada tatanan praktis, bagaimana kita mesti melampaui problema cinta seperti ini.

 

Apakah bisa seseorang mengendalikan tindakan pasangannya secara faktual?

Berharap bisa, tapi mengendalikan tidak bisa. Setiap orang memiliki freewill-nya sendiri, dinamika kehidupannya sendiri, dan lakon karmanya sendiri. Jika kita menempatkan idealitas kita sebagai patokan untuk tindakan pasangan, ini akan jadi pangkal penderitaan. Jika dipaksakan akan jadi akar konflik yang berkepanjangan. Cinta dimanifestasikan dengan egoism. Kita memaksa seseorang seperti keinginan kita.

Untuk mendapatkan hubungan yang surgawi, jalan satu-satunya adalah memurnikannya. Sebagaimana kita mengasihi tanpa syarat, kita pun bisa mencintai secara romantik tanpa syarat. Yakni, bagaimana Anda mencintai orang dengan jatuh-bangun-nya diterima. Anda tidak terusik oleh tingkah lakunya. Jika Anda masih punya patokan, lebih baik Anda sendiri atau jomblo saja agar tidak membawa penderitaan pada semua pihak.

Untuk mencapai pure romantic love tentu tidak mungkin jika ego Anda masih kuat. Ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang setiap waktu berproses meluruhkan egonya dengan kasih murni. Jika mereka sudah memiliki pure romantic love, maka tidak akan lagi ada drama sejenisnya. Semuanya akan jadi hubungan surgawi. Energi cinta romantis bisa didayagunakan dalam konteks spiritualitas.

Contohnya, Airlangga dan Calon Arang adalah sepasang kekasih dalam pure romantic love. Mereka adalah tantrik sejati sehingga tidak punya cinta yang egoistik.

Sebagai bahan perenungan, “Siapkah Anda menjadi pemain asmara, tetapi harus melampaui ego?”

Jika Anda menjadi pemain asmara dengan ego yang tebal, Anda hanya akan membawa penderitaan untuk Anda, pasangan, dan tetangga-tetangga sebelah Anda. Para tetangga pasti akan mendengarkan curhatan Anda.

 

Workshop Mahadaya Tantra Yoga
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Yogyakarta, 3 Januari 2021

Share:
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda