Skip to main content
MeditasiSpiritual

Perjalanan Spiritual Yang Tiada Berujung – Setyo Hajar Dewantoro

10 November 2020 Setyo Hajar Dewantoro No Comments
SHD

Sekitar tahun 2003, saya mulai membaca buku-buku spiritual lintas tradisi dan mengenal kata “pencerahan”. Saya juga mulai mengenal kata meditasi dan mulai mempraktikkannya. Sejak saat itu, mulailah tertanam di dalam diri kehendak untuk tercerahkan. Namun ditarik mundur ke belakang, perlulah dijawab pertanyaan ini, ” Mengapa saya tergerak untuk membaca buku-buku spiritual dari berbagai tradisi dan mulai belajar meditasi?

Sederhana: Saya merindukan kebahagiaan yang konstan, saya merindukan jiwa yang merdeka, saya merindukan kehidupan yang asyik, memuaskan, dan penuh makna. Tentu saja, kerinduan ini muncul karena saat itu saya belum mengalaminya – yang saya alami adalah kebalikannya meski saya merasa telah menjalankan standar sebagai orang baik.

Selama 2003-2008 saya rajin sekali membaca buku. Ratusan buku dengan genre pemberdayaan diri dan spiritualitas saya tuntaskan. Apakah kemudian saya jadi tercerahkan? Ya tentu saja belum.

Tahun 2008-2013, saya digerakkan untuk tidak lagi banyak membaca buku, tapi mengembara. Jika di hitung ada sekitar 100 tempat wingit yang saya kunjungi dalam rentang waktu itu, di berbagai pulau. Apakah saya kemudian jadi tercerahkan? Ya belum juga. Malah bisa dibilang saya jadi kesambet, di badan saya jadi penuh makhluk dimensi bawah yang membuat saya sering jadi labil emosinya.

Tahun 2013-2016 saya mulai digerakkan untuk lebih banyak melakukan “perjalanan ke dalam diri”. Di fase ini lumayanlah, banyak transformasi yang terjadi: badan saya menggemuk sedikit, saya lebih sering bahagia. Tapi jelas saya belum tercerahkan, karena saya cuma berganti rupa dalam hal makhluk dimensi bawah yang menyusup ke badan saya: makin sedikit, makin halus, makin pintar dalam membuat kesadaran palsu. Di fase ini jiwa saya keruh dan terjerat makhluk dimensi bawah tapi sering merasa tercerahkan.

Tahun 2016-2018, adalah fase saya mengeksplorasi data kesadaran yang terekam di DNA saya. Bisa dibilang saya mendadak pinter: di fase ini ada dua buku yang mewadahi pengetahuan yang mendadak muncul, yaitu Suwung Ajaran Rahasia Jawa Kuna dan Sastrajendra Ilmu Kesempurnaan Jiwa. Dengan ketekunan mempraktikkan apa yang diketahui, kesabaran menjalani semua tantangan termasuk serangan metafisik, konflik, fitnah dan aneka drama lainnya, menjelang akhir 2018, saya menyadari sepenuhnya jiwa yang dimurnikan. Saya sadar betul, merasakan penuh, masuk ke fase baru kehidupan dengan kebahagiaan yang lebih konstan. Termasuk saya rasakan kebangkitan Kundalini hingga membentuk Antah Karana Fase saya jalani hingga awal 2019. Saya kemudian tahu, inilah fase Shanaya: saaat perdana matahari kehidupan menyinari jiwa.

Di tahun 2019 saya berkesempatan menjelajah banyak negara: Singapura, Malaysia, Hongkong, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Perancis, Italia, Belanda, Belgia, Swiss. Inilah fase dimana saya mengalami loncatan-loncatan kesadaran. Di Thailand, saya ingat, saya berhari-hari sendawa nggak selesai-selesai. Rupanya ini adalah fase pembersihsn residu yang menempel di subconscious mind. Lewat proses inilah saya diangkat untuk naik ke level Shamballa: keadaan jiwa yang semakin murni, dengan kebahagiaan yang semakin utuh.
Selanjutnya, momen di Lourdes Perancis Selatan, yang dilanjutkan dengan momen di Roma, jadi pijakan untuk kembali bertumbuh secara kesadaran, menjangkau level Shangrilla. Inilah keadaan dimana dalam keseharian kita hidup dengan hati sorgawi.

Di tahun 2020, saya mendapatkan kesempatan untuk menjelajah Inggris dan Skotlandia, lalu ke Myanmar dan Thailand. Pengalaman di sini menjadi momen untuk menjangkau level Shalalla yang justru terjadi di Bali. Inilah realisasi dari buku yang saya tulis: Sangkan Paraning Dumadi dan Jumbuh Kawula Gusti.

Setelah itu, perjalanan jiwa ini ternyata tak berhenti. Ada banyak tataran lebih tinggi yang bisa dijangkau dan mengerti. Di momen yang terbilang sulit karena ada plandemic, menjadi pemicu munculnya pengalaman menjangkau tataran-tataran pencerahan berikutnya: Rising of Cosmic Body, Rising of The Serpentine Fire, Activation of Merkaba, Metatron, Splendor, Verrum, The Sun of Omniverse, Eterna, Nubia.
Inilah yang kemudian menjadi dasar pengajaran saya di Persaudaraan Matahari. Bagi siapapun yang cocok dan berjatah, telah dibentangkan jalan yang agung bagi Sang Jiwa.

Bagi yang tak selaras, tentu saja tulisan dan ajaran saya pasti dianggap lebih receh ketimbang dongeng Harry Potter.

Itulah realita yang saya terima sepenuhnya.
Rahayu. God bless U

Share:
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda